Bagikan:

JAKARTA - Badan Penerbangan dan Antartika Amerika Serikat (NASA) masih ingin memperluas pengetahuan mereka mengenai dinamika Matahari.

NASA juga ingin mempelajari fenomena terkait matahari seperti lontaran massa, koronal, aurora, dan angin matahari.

Dengan besarnya keinginan ini, NASA memilih empat misi penjelajahan kecil. Misi yang mereka pilih akan melakukan studi konsep untuk lebih memahami hubungan antara Matahari dan Bumi.

Misi penjelajah pertama yang NASA pilih adalah Investasi Lintas Skala Magnetotail dan Aurora Bumi (CINEMA).

Misi ini digerakkan untuk memahami struktur dan evolusi lembaran plasma Bumi serta cara medan magnet bumi memindahkan panas.

Berikutnya, NASA memilih misi penjelajah Chromospheric Magnetism Explorer (CMEx). Misi ini dijalankan untuk memahami sifat magnetis letusan dari matahari dan mengidentifikasi sumber magnetis angin matahari.

Observatorium Ejeksi Massa Koral dan Konektivitas Koral Ultraviolet Ekstrim (ECCCO) dipilih sebagai misi ketiga.

ECCCO adalah pesawat ruang angkasa yang terdiri dari dua instrumen, yakni perekam gambar dengan ultra-violet ekstrim bidang lebar dan spektograf EUV.

ECCCO akan berusaha memahami corona tengah dan kondisi yang membuat angin matahari mengalir keluar. Target dari misi ini adalah penjelasan mengenai awal mula terciptanya aliran massa dan energi penghubung Matahari dengan korona luar dan heliosfer.

Terakhir, NASA menggunakan Magnetospheric Auroral Asymmetry Explorer (MAAX) untuk memahami cara kopling elektrodinamik dalam mengatur aliran energi aurora di antara magnetosfer bumi dan ionosfer.

Keempat penjelajah yang NASA pilih ini akan bergabung dengan armada misi heliofisika. NASA mengatakan bahwa empat misi yang terpilih diharapkan mampu menjawab berbagai pertanyaan sains dan bisa berdampak bagi heliofisika.

“Usulan misi ini menarik karena mengembangkan dan melengkapi ilmu pengetahuan armada misi kami saat ini, memiliki potensi dampak luas, dan dapat memberikan wawasan baru yang lebih dalam tentang atmosfer matahari dan cuaca luar angkasa,” kata Administrator Asosiasi Sains NASA Nicky Fox dalam rilis resminya.