JAKARTA - Asosiasi digital Jerman, Bitkom, mengatakan pada Jumat 1 September bahwa pencurian peralatan dan data IT, serta spionase digital dan industri serta sabotase, akan menelan biaya bagi Jerman sebesar 206 miliar euro (Rp3.425 triliun) pada tahun 2023.
Kerugian tersebut akan melampaui batas 200 miliar euro (Rp3.325 triliun) untuk ketiga kalinya berturut-turut, menurut survei Bitkom yang melibatkan lebih dari 1.000 perusahaan.
"Ekonomi Jerman adalah sasaran yang sangat menarik bagi para penjahat dan negara-negara yang bermaksud jahat. Batas antara kejahatan terorganisir dan pelaku yang terkendali negara menjadi kabur," kata Presiden Bitkom, Ralf Wintergerst, dikutip Reuters.
Sekitar tiga perempat perusahaan yang disurvei mengalami serangan digital dalam 12 bulan terakhir, turun dari 84% perusahaan pada tahun sebelumnya.
"Penurunan sedikit dalam jumlah perusahaan adalah tanda positif dan menunjukkan bahwa langkah-langkah perlindungan memiliki efek," kata Wintergerst.
BACA JUGA:
Ketika ditanya apakah "serangan siber mengancam eksistensi bisnis Anda", untuk pertama kalinya lebih dari setengah perusahaan, atau 52%, menjawab "ya". Setahun yang lalu angka tersebut berada di 45%, dan dua tahun yang lalu hanya 9%, menurut survei tersebut.
Dari perusahaan yang mengalami serangan, 70% mengalami pencurian data sensitif - meningkat 7 poin persentase dari tahun sebelumnya. Demikian pula, 61% perusahaan mengalami penyadapan komunikasi digital mereka - naik 4 poin persentase dari tahun sebelumnya.
"Respon kami terhadap ancaman yang semakin meningkat ini adalah untuk memperkuat kerja sama dengan mitra kami, mendeteksi dan merespons serangan dengan cepat, serta terus mengadaptasi mekanisme pertahanan kami," kata Sinan Selen, presiden Kantor Federal untuk Perlindungan Konstitus