JAKARTA – Samsung Electronics merilis laporan pendapatan pada Rabu, 31 Januari. Dari laporan yang telah dipublikasikan, Samsung terbukti gagal memulihkan pendapatan mereka pada tahun 2022.
Berdasarkan laporan tersebut, pendapatan tahunan Samsung hanya mencapai 258,94 triliun won (Rp3,05 kuadriliun) dan laba operasionalnya hanya 6,57 triliun won (Rp77,5 triliun). Angka ini jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan laporan sebelumnya.
Pada laporan tahun fiskal 2022, laba operasional Samsung mencapai 43,38 triliun won (Rp512 triliun). Total pendapatan yang tidak mengalami peningkatan ini menunjukkan bahwa Samsung mengalami masa yang sulit tahun lalu.
Samsung mengakui bahwa perusahaannya telah mengalami kerugian yang di beberapa divisi, salah satunya adalah divisi memori. Meski bisnis di bidang tersebut telah menunjukkan tanda pemulihan, kerugiannya tetap mencapai 2,18 triliun won (Rp25 triliun).
“Pasar memori dan permintaan TI diperkirakan akan terus pulih pada tahun 2024, meskipun ketidakpastian makroekonomi masih terlihat. Perusahaan akan memenuhi permintaan semikonduktor untuk aplikasi AI dan memperluas pasar produk konsumen yang mendukung AI,” jelas Samsung melalui rilis resminya.
BACA JUGA:
Selain karena permintaan yang tidak tinggi, kerugian ini terjadi karena Samsung memaksimalkan pengeluaran untuk pembangunan infrastruktur di Pyeongtak, Korea. Perusahaan itu juga fokus memperluas kapasitas produksi HBM, DDR5, dan node canggih lainnya.
“Investasi pengecoran difokuskan pada perluasan kapasitas produksi node EUV canggih berukuran 5 nanometer (nm) ke bawah, serta infrastruktur di pabrik Perusahaan di Taylor, Texas. Investasi layar terutama dilakukan pada produk IT OLED dan layar fleksibel,” kata Samsung.
Tak hanya bisnis memori, divisi tampilan visual dan peralatan digital juga mengalami kerugian. Dari laporan tersebut, tercatat bahwa kerugian operasionalnya mencapai 0,05 triliun won atau sekitar Rp590 miliar.