Bagikan:

JAKARTA - Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) baru saja kedatangan Crew-7, yang merupakan empat astronot dari berbagai negara. Di sana, mereka akan segera melakukan serangkaian misi yang mungkin berguna untuk misi masa depan ke Bulan dan Mars.

Para astronot itu meliputi Jasmin Moghbeli dari Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika (NASA), astronot Badan Antariksa Eropa (ESA) Andreas Mogensen, astronot Badan Eksplorasi Dirgantara Jepang (JAXA) Satoshi Furukawa, dan kosmonot Badan Antariksa Rusia (Roscosmos) Konstantin Borisov.

Keempatnya menunggangi kapsul Dragon dan menumpang roket Falcon 9 milik SpaceX, yang diluncurkan dari Kompleks Peluncuran 39A di Pusat Antariksa Kennedy, Florida, Amerika Serikat (AS), pada Sabtu, 26 Agustus pukul 3:27 pagi EDT.

Mereka tiba di ISS pada Minggu, 27 Agustus pukul 9:26 pagi ET. Para astronot kemudian akan langsung memulai serangkaian misi yang meliputi penelitian tentang tubuh manusia di luar angkasa, berikut penjelasannya di bawah ini:

Cari Tahu Dampak Luar Angkasa bagi Manusia

Salah satu misi tersebut adalah Komplemen Protokol Terpadu untuk Penelitian Eksplorasi Manusia tentang Durasi Misi yang Bervariasi (CIPHER).

CHIPER sendiri merupakan serangkaian 14 eksperimen berbeda, yang bertujuan untuk menguji bagaimana penerbangan luar angkasa dapat mengubah tubuh manusia berdasarkan durasi.

Astronot yang menjalankan misi dengan jangka waktu berbeda dapat berpartisipasi dalam serangkaian studi terpadu yang memantau kesehatan mereka sebelum, selama, dan setelah misi.

Eksperimen ini akan mengumpulkan berbagai ukuran fisiologis dan psikologis dari respons manusia terhadap waktu di ruang angkasa. Hasilnya, dapat memainkan peran penting dalam memastikan keselamatan, kesehatan, dan keberhasilan astronot dalam misi eksplorasi luar angkasa pada durasi yang panjang, seperti di Bulan atau Mars.

Menguji Penumpang Gelap Kecil

Perancang pesawat ruang angkasa dan pakaian antariksa yang mendukung eksplorasi planet lain perlu mempertimbangkan kemungkinan manusia dapat membawa mikroba seperti bakteri dan jamur dalam misi.

Untuk itu, dalam penyelidikan Mikroorganisme Eksternal di ISS, para astronot mengumpulkan sampel selama perjalanan luar angkasa untuk menentukan apakah ISS melepaskan mikroorganisme melalui ventilasi sistem pendukung kehidupan dan, jika demikian, berapa banyak serta seberapa jauh mikroorganisme tersebut dapat melakukan perjalanan.

Sekembalinya ke Bumi, para ilmuwan berencana menganalisis DNA mikroorganisme ini untuk lebih memahami kemampuan mereka bertahan hidup dan bereproduksi di luar angkasa.

Para ilmuwan juga bakal membuat lingkungan simulasi untuk terus mengevaluasi bagaimana organisme ini berperilaku di Bulan dan Mars.

Pola Tidur yang Berbeda di Luar Angkasa

Gaya berat mikro dan siklus siang-malam buatan di ISS mengubah ritme harian dan pola tidur astronot, pada gilirannya dapat memengaruhi kesehatan, kesejahteraan, dan kinerja kognitif mereka.

Karenanya, ESA membuat investigasi menyoal Sleep in Orbit yang mengkaji perbedaan fisiologis antara tidur di Bumi dan luar angkasa. Tahapan tidur berkaitan dengan keadaan otak dan dapat dinilai berdasarkan sinyal listrik otak.

Sleep in Orbit menggunakan perangkat earbud electroencephalogram (EEG) yang dibesut oleh Universitas Aarhus di Pusat Telinga-EEG, Denmark, untuk mengukur aktivitas otak astronot saat tidur.

EEG dirancang agar mudah dipakai dan tanpa jaringan kabel, sehingga kecil kemungkinannya mengganggu tidur. Penelitian ini dapat memandu pengembangan langkah-langkah untuk mencegah atau mengurangi kualitas tidur yang buruk dan dampaknya, meningkatkan keselamatan serta kualitas kerja selama misi.

Ciptakan Air Minum Bersih

Mengontrol pertumbuhan mikroba dalam air limbah daur ulang diperlukan untuk menyediakan air yang aman untuk diminum dan kebersihan pribadi serta untuk melindungi integritas sistem pendukung kehidupan tempat tinggal manusia di luar angkasa.

Adhesi dan Korosi Bakteri mempelajari bagaimana penerbangan luar angkasa memengaruhi pembentukan biofilm yakni komunitas berbagai spesies bakteri yang menempel pada permukaan.

Investigasi ini akan mengamati kemampuan biofilm untuk menimbulkan korosi pada permukaan baja tahan karat yang serupa dengan yang ada di sistem air di ISS dan memeriksa seberapa baik disinfektan membersihkan biofilm tersebut.

Hasil eksperimen itu dapat memberikan wawasan tentang cara yang lebih baik untuk mengendalikan dan menghilangkan biofilm yang resisten, sehingga berkontribusi terhadap keberhasilan misi jangka panjang di masa depan.