JAKARTA - Kemitraan antara perusahaan kecerdasan buatan SingularityNET dan perusahaan blockchain VeChain menjadi contoh sukses kolaborasi blockchain dan kecerdasan buatan (AI) yang ditujukan untuk mengurangi emisi karbon. VeChain mengumumkan langkah strategis ini pada 24 Agustus lalu.
Dalam pengumuman tersebut, dua perusahaan ini akan menyatukan sumber daya mereka untuk meningkatkan otomatisasi proses manual dan menghadirkan data real-time. Ben Goertzel, pendiri dan CEO SingularityNET, percaya bahwa teknologi blockchain dan AI memiliki sinergi yang kuat.
Goertzel juga berpendapat bahwa teknologi ini memiliki peranan penting di saat pendekatan konvensional terbukti kurang efektif. Sebagai contoh, ia menjelaskan, "Mewujudkan ekonomi berkelanjutan yang mendukung lingkungan adalah tantangan kompleks yang memerlukan koordinasi berbagai pemangku kepentingan ekonomi."
Goertzel menyadari bahwa mekanisme ekonomi tradisional belum mampu mengatasi masalah ini secara memadai. Namun, ia yakin bahwa kemitraan ini dapat menginspirasi cara baru untuk mengoptimalkan emisi karbon dan mengurangi polusi.
"Beberapa tahun terakhir telah menunjukkan bahwa ketika algoritma AI yang tepat bertemu dengan data yang tepat dan daya komputasi yang memadai, prestasi luar biasa bisa terjadi," tambah Goertzel.
BACA JUGA:
Saat AI dan Blockchain Saling Melengkapi
Kemitraan antara SingularityNET dan VeChain adalah salah satu contoh integrasi blockchain dan AI yang semakin umum terjadi. Menurut Direktur Teknis di Indus Net Technologies, kombinasi ini membuka potensi yang tak terbatas bagi dunia. Akibatnya, banyak perusahaan blockchain kini mengeksplorasi bidang AI atau menjalin kemitraan untuk mengoptimalkan potensinya.
Platform blockchain Polygon baru-baru ini menghadirkan panduan AI bernama Polygon Copilot. Panduan ini membantu pengguna menjelajahi ekosistem Polygon dengan memberikan wawasan dan analitik tentang berbagai aspek, yang berguna bagi pengguna pemula maupun berpengalaman.
Selain itu, ada juga HIVE Digital Technologies yang baru-baru ini menghapus kata "Blockchain" dari namanya, mencerminkan fokusnya yang lebih luas. CEO HIVE Digital Technologies, Aydin Kilic, menyatakan bahwa "Blockchain dan AI dapat bersinergi dengan baik - keduanya merupakan fondasi Web3."
Di sektor lain, Applied Digital telah menandatangani kesepakatan senilai 460 juta dolar AS (sekitar Rp7 triliun) untuk menyediakan komputasi awan (cloud computing) berbasis AI di pusat data. Tidak berhenti sampai di situ saja, MetaTrust Labs juga mengembangkan GPTScan, alat yang memanfaatkan Generative Pre-training Transformer (GPT) dan analisis statis untuk mendeteksi kerentanan logika dalam kontrak pintar (smart contract).
Daoyuan Wu, seorang peneliti AI dari Nanyang Technological University, mengamati bahwa AI dan blockchain saling melengkapi. Dia menjelaskan, "Kemandirian yang melekat pada AI sesuai dengan karakteristik blockchain dan smart contract yang terdesentralisasi dan mandiri."
Jika tren ini terus berlanjut, dapat diharapkan lebih banyak kemitraan antara perusahaan blockchain dengan AI sebagaimana yang dilakukan oleh SingularityNET dan VeChain.