Bagikan:

YOGYAKARTA – Belakangan ini, topik seputar uji emisi kendaraan bermotor sedang ramai diperbincangkan publik. Kendaraan yang usianya di atas tiga tahun wajib melakukan uji emisi gas dengan gas analyzer. Lantas, bagaimana cara kerja gas analyzer?

Sebagai informasi, gas analyzer atau alat uji emisi gas buang adalah instrumen yang dipakai untuk mengukur proporsi dan komposisi dari gabungan gas.

Gas yang bisa diukur oleh gas analyzer adalah gas karbon dioksida (CO2), oksigen (O2), dan karbon monoksida (CO).

Di sektor industri, gas analyzer digunakan untuk mengoptimalkan proses produksi dan safety. Sementara di dunia otomotif, alat uji emisi gas dipakai untuk mengukur gas pembakaran pada sepeda motor ataupun mobil dengan tujuan penelitian untuk mengerjakan serangkaian tindakan agar mesin kendaraan memenuhi standar ketentuan yang telah ditetapkan.

Cara Kerja Gas Analyzer

Dirangkum dari berbagai sumber, alat uji emisi gas buang bekerja dengan cara mengambil sampel gas dari probe, kemudian masuk ke masing-masing cell.

Berikutnya, sampel gas akan dikomparasikan dengan gas standar yang melewati pemancaran sistem. Hasil ujinya berupa panjang gelombang yang akan dikonversi menjadi sinyal analog oleh receiver.

Nah, prinsip kerja ini diaplikasikan untuk mengukur gas emisi udara yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor, seperti:

  • Karbon Monoksida (CO): Hasil pengukuran karbon monoksida pada kendaraan roda empat yang efisien adalah sekitar 0,2 hingga 1,5 persen dengan nilai ideal 0,5 persen. Untuk kendaraan roda empat yang masih menggunakan karburator, nilai efisiennya sekitar 1-2,5 persen dengan nilai ideal 1-2 persen.
  • Karbon Dioksida (CO2): Nilai CO2 biasanya mengacu pada hasil pembakaran yang ada di dalam mesin kendaraan. Hasil pengukuran karbon dioksida pada mesin kendaraan yang ideal adalah 12 persen. Semakin besar nilainya, maka pembakaran akan semakin bagus, karena energi yang digunakan semakin banyak. Apabila mesin kendaraan memiliki nilai ideal kurang dari 12 persen, kemungkinan besar ada beberapa hal yang perlu diperbaiki.
  • Hidro Karbon (HC): Hidrokarbon bakal mendeteksi sisa bensin yang terbuang pada pembuangan gas dari mesin, seperti knalpot. Hasil pengukuran hidrokarbon dengan gas analyzer tidak boleh lebih dari 300 ppm. Jika nilainya besar, maka mesin akan menjadi boros dan mengonsumsi bahan bakar lebih banyak.
  • Oksigen (O2): Apabila sebuah kendaraan berotor memiliki gas oksigen terlalu banyak, maka itu menandakan pembakaran yang tidak efisien dalam mesin. Oksigen memiliki nilai ideal yang tidak boleh lebih dari 2%. Jika melebihi 2% maka kemungkinan besar terjadi kebocoran pada sistem gas pembuangan mesin.

Cara Mengukur Emisi Kendaraan Bermotor dengan Gas Analyzer

Langkah-langkah mengukur emisi kendaraan bermotor dengan gas analyzer, yakni:

  • Masukkan selang probe ke bagian INLET.
  • Berikutnya, pasang kabel daya dan sambungkan ke sumber listrik. Setelah itu, tekan tombol ON pada power untuk mulai menyalakan.
  • Tunggu alat berbunyi dan bagian AFR menampilkan TEST pada display. Saat 6 display menunjukkan angka yang berubah-ubah, tunggu sampai angka pada display AFR menunjukkan angka 0.
  • Sembari menunggu, Anda bisa menghidupkan kendaraan dan gas sampai kecepatannya menjadi 2000 rpm selama 1-2 menit.
  • Ketika AFR sudah menunjukkan angka 0, maka cara menggunakan gas analyzer bisa dimulai. Sambungkan selang probe ke probe, lalu masukkan probe ke dalam knalpot kendaraan yang akan diuji.
  • Selanjutnya, tekan MEAS/ENT dan tunggu angka pada display stabil.
  • Jika angka sudah stabil, tekan tombol Hold Print sebanyak dua kali
  • Cetak hasil pengukuran dengan menekan tombol Hold Print sebanyak satu kali.
  • Kalibrasikan alat dengan menekan tombol ESC/Stand By.

Demikian informasi tentang cara kerja gas analyzer. Semoga artikel ini dapat menambah wawasan para pembaca setia VOI.ID.