Kemenkominfo Nyatakan ASO Belum Merata di Indonesia, Ini Penyebabnya
TV Analog masih banayk digunakan sehingga ASO belum merata. (foto: dok. pexels)

Bagikan:

JAKARTA - Peralihan TV analog ke digital atau Analog Switch Off (ASO) yang telah diterapkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) sejak tahun lalu masih menyisakan beberapa daerah.

Dirjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) Kemenkominfo, Dr. Ir. Ismail MT mengatakan terdapat TV lokal yang masih tersisa alias belum melakukan ASO.

"Kapan pastinya belum tahu, mengikuti keputusan Menkominfo, ada kondisi di mana kita harus memastikan supaya benar-benar bersih dari siaran analog," ujar Ismail saat ditemui dalam forum Arah Industri Telekomunikasi Indonesia, di Jakarta Selatan, Kamis, 24 Agustus.

Saat ini, dikatakan Ismail, ASO sedang dalam proses di sebagian daerah yang memang masih mengadopsi TV lokal. "Hanya beberapa di daerah, bukan TV besar lagi, TV jaringan global sudah tidak ada, tapi TV lokal masih ada beberapa," kata Ismail.

Dia menambahkan, sebanyak 11 kota yang termasuk dalam Nielsen sudah melakukan ASO, tinggal di wilayah yang memang terpencil.

"Jadi menurut Kemenkominfo 11 kota Nielsen sudah semua ASO. Yang kita tahu ada istilah ASO mandiri. Operator broadcasting sudah mulai mematikan siaran analog di daerah (besar). Tinggal yang kecil-kecil saja," jelas Ismail.

Soal Lelang 700 Mhz

Ismail mengatakan, lelang 700 Mhz belum dapat dilakukan sekarang apabila ASO belum merata di seluruh Indonesia. Dia berharap, tahun ini bakal rampung.

"Tahun ini saya optimistis cuma pelaksanaan lelang kita lakukan setelah itu (ASO). Harus berbasis regulasi. Aturannya sedang lakukan revisi PP itu sedang bergerak sekarang," ungkap Ismail.

Frekuensi 700 Mhz ini nantinya akan digunakan untuk jaringan 5G, tetapi operator harus memastikan perimbangan antara jaringan tersebut dengan 4G.

"Di 5G tidak satu potong band ini, semua sekarang digunakan teman-teman (operator) di 5G. Cuma mereka harus memikirkan perimbangan antara 5G dengan 4G," ucap Ismail.

"5G masih jadi default, minimal 4G di mana daerah-daerah tertentu yang perlu 5G, dengan itu yang perlu dibuat dengan membangun model pemanfaatan baru. Contoh pertambangan banyak alat berat yang digunakan oleh manusia membahayakan, maka 5G sangat bisa diterapkan di sana," sambungnya.