JAKARTA - Minggu ini, Bitcoin sempat bergerak di bawah 26.000 dolar AS. Bahkan, pada Kamis, 17 Agustus kemarin Bitcoin sempat menyentuh 25.200 dolar AS, yang berarti titik harga terendah sejak pertengahan Juni 2023.
Menurut Financial Expert Ajaib Kripto, Panji Yudha, penurunan harga Bitcoin ini terjadi sejak risalah pertemuan kebijakan oleh The Fed, terkait adanya potensi kenaikan inflasi yang juga akan menyebabkan potensi kenaikan suku bunga lebih lanjut.
“Sebagai reaksi dari sikap hawkish The Fed, pasar kripto mengalami penurunan,” kata Panji dalam sebuah pernyataan yang diterima di Jakarta.
Pada Selasa, 22 Agustus pagi ini sekitar pukul 09.00 WIB, Bitcoin bergerak di harga 26.095 dolar AS, melemah 0,22 persen dalam 24 jam terakhir. Selain itu, kapitalisasi pasar BTC saat ini juga berada di angka 507 miliar dolar AS.
Panji menjelaskan, karena Bitcoin adalah aset kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, maka Bitcoin memiliki pengaruh yang kuat terhadap pergerakan aset kripto lainnya. Akibatnya, penurunan Bitcoin pekan lalu menyebabkan dampak negatif ke altcoin.
Hal ini disebabkan karena investor melihat pergerakan Bitcoin sebagai tonggak utama kepercayaan investor ketika berinvestasi di pasar kripto.
BACA JUGA:
Sentimen Minggu Ini
Menurut Panji, ETF spot Bitcoin akan menjadi katalis paling kuat untuk menunjang tren kenaikan di pasar aset kripto di masa yang akan datang.
Panji juga memperingatkan bahwa pada Jumat mendatang, Federal Reserve Jerome Powell akan menyampaikan pembicaraan tentang prospek ekonomi di rapat bank sentral yang diadakan setiap tahun di Jackson Hole.
Dalam kesempatan tersebut, Jerome Powell akan memberikan pandangan terbaru terkait pengetatan kebijakan untuk menurunkan inflasi di tengah pertumbuhan ekonomi yang kuat.
“Pasar aset kripto harus bersiap menghadapi hari Jumat yang bergejolak. Pidato Powell berpotensi dapat menggerakkan pasar keuangan dan pasar aset kripto,” pungkasnya.