JAKARTA - Sebuah penelitian baru mengungkapkan Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) dipenuhi debu, bukan debu biasa melainkan bahan kimia beracun.
Dalam analisis sampel debu dari filter udara yang diambil di ISS ditemukan mengandung tingkat yang lebih tinggi dari rata-rata beberapa jenis bahan kimia berpotensi berbahaya, termasuk yang disebut bahan kimia selamanya dibandingkan dengan debu pada rumah-rumah di Bumi.
Beberapa merupakan asam perfluorooctanoic (PFOA), senyawa yang sering ditemukan pada produk anti lengket, tahan noda, kemasan makanan, serta busa pemadam kebakaran.
Di ISS, tingkat PFOA sekitar 3,3 bagian per juta, sebagai perbandingan, tingkat tertinggi yang ditemukan dalam survei rumah dan pusat penitipan anak di Amerika Serikat (AS) pada 2008 adalah sekitar 2,0 bagian per juta.
Menurut penelitian, tingginya tingkat PFOA di ISS mungkin karena meluasnya penggunaan perawatan waterproofing yang mencegah mikroba tumbuh di atas pesawat yang mengorbit Bumi itu.
"Sementara konsentrasi kontaminan organik yang ditemukan dalam debu dari ISS sering melebihi nilai median yang ditemukan di rumah dan lingkungan dalam ruangan lainnya di seluruh AS dan Eropa Barat, tingkat senyawa ini umumnya berada dalam kisaran yang ditemukan di Bumi," ujar rekan penulis Profesor Stuart Harrad dari University of Birmingham, dalam sebuah sebuah pernyataan, dikutip Rabu, 9 Agustus.
Tidak hanya PFOA, kontaminan yang ditemukan dalam debu di ISS, termasuk eter difenil polibrominasi (PBDEs), hexabromocyclododecane (HBCDD), novel brominated flame retardants (BFR), ester organofosfat (OPE), hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH), zat perfluoroalkil (PFAS), dan bifenil poliklorinasi ( PCB).
OPE dan BFR merupakan bahan kimia yang digunakan untuk memenuhi peraturan keselamatan kebakaran, seperti insulasi bangunan, kain furnitur, karpet, dan busa.
Tidak sedikit penelitian yang mengungkap, senyawa ini dapat berdampak buruk bagi kesehatan anak-anak. Para peneliti menyatakan, BFR terus meningkat di ISS karena astronot terkadang menyedot panel dinding dan insulasi akustik.
Begitu juga busa yang terdapat disetiap ruang ISS untuk mengemas dan melindungi barang-barang dari guncangan hebat saat dikirim melalui peluncuran roket.
Para peneliti menduga, beberapa bahan kimia (PBDE) yang ditemukan dalam debu di ISS mungkin berasal dari plastik pada barang-barang yang dibawa astronot untuk penggunaan pribadi, yakni pemutar MP3, kamera, dan tablet yang semuanya dapat mengandung lapisan tahan api.
Adapun mengapa ada bahan kimia tingkat tinggi di ISS, mungkin sebagian karena tingkat radiasi pengion yang lebih tinggi di orbit.
Radiasi tersebut membuat material menua lebih cepat di ISS, memecah plastik menjadi plastik mikro dan nano yang mengapung di lingkungan gayaberat mikro.
Dengan temuan baru ini yang dipublikasikan di Environmental Science and Technology Letters, para peneliti serta Pusat Penelitian NASA Glenn berharap pekerjaan mereka dapat membantu para insinyur dalam memilih bahan yang tidak beracun dan memandu desain pesawat ruang angkasa di masa depan.
“Temuan kami memiliki implikasi untuk ISS dan habitat di masa depan, di mana dimungkinkan untuk mengecualikan banyak sumber kontaminan dengan pilihan material yang cermat pada tahap awal desain dan konstruksi," tutup Harrad.
Sebagai informasi, ISS saat ini tidak hanya dihuni oleh astronot dari NASA, ada juga Rusia (Roscosmos) dan Uni Emirat Arab (UEA).
Sebentar lagi pada 15 Agustus, misi Crew-7 juga akan meluncur ke ISS dengan membawa astronot NASA Jasmin Moghbeli, astronot ESA (European Space Agency) Andreas Mogensen, astronot JAXA (Japan Aerospace Exploration Agency) Satoshi Furukawa dan Konstantin Borisov dari Roscosmos.