Ada Uap Air di Zona Pembentuk Planet Berbatu, Bisa Dihuni Manusia?
Para astronom berhasil mendeteksi uap air bagian dalam piringan protoplanet (dok. nasa)

Bagikan:

JAKARTA - Para astronom berhasil mendeteksi uap air bagian dalam piringan protoplanet, di mana planet berbatu mungkin terbentuk untuk pertama kalinya berkat data dari Teleskop James Webb milik NASA.

Terletak 370 tahun cahaya, sistem planet itu dijuluki PDS 70, ditemukan berkat pengukuran baru dari Mid-Infrared Instrument (MIRI) yang dimiliki Teleskop Webb, menampung cakram dalam dan cakram luar gas serta debu.

Kedua cakram tersebut, dipisahkan oleh celah selebar 5 miliar mil, dan di dalam celah itu terdapat dua planet raksasa gas, sebuah tanda bahwa materi sedang bersatu untuk menciptakan dunia baru.

Mereka, para astronom juga mengatakan telah melihat uap air di area dalam cakram sebelum celah, tempat planet terestrial berbatu mungkin lahir.

“Kami telah melihat air di piringan lain, tetapi tidak terlalu dekat dan di dalam sistem tempat planet-planet berkumpul saat ini. Kami tidak dapat melakukan pengukuran seperti ini sebelum Webb,” kata penulis utama penelitian Giulia Perotti dari Max Planck Institute for Astronomy (MPIA), dikutip dari laman resmi NASA, Senin, 31 Juli.

PDS 70 merupakan bintang tipe K, lebih dingin dari Matahari dan diperkirakan berumur 5,4 juta tahun. Bintang ini, relatif tua dalam hal bintang dengan piringan pembentuk planet, yang membuat penemuan uap air mengejutkan.

Seiring waktu, kandungan gas dan debu dari piringan pembentuk planet menurun. Entah radiasi bintang pusat dan angin meniup material tersebut, atau debu tumbuh menjadi objek yang lebih besar, pada akhirnya membentuk planet.

“Penemuan ini sangat menarik, karena menyelidiki wilayah di mana planet berbatu yang mirip dengan Bumi biasanya terbentuk,” ujar direktur MPIA Thomas Henning, rekan penulis makalah tersebut yang telah dipublikasikan di jurnal Nature, belum lama ini.

Karena penelitian sebelumnya gagal mendeteksi air di wilayah tengah cakram yang berusia sama, para astronom menduga itu mungkin tidak dapat bertahan dari radiasi bintang yang keras, mengarah ke lingkungan kering untuk pembentukan planet berbatu mana pun.

Para astronom belum mendeteksi adanya planet yang terbentuk di dalam piringan dalam PDS 70. Namun, mereka melihat bahan mentah untuk membangun dunia berbatu dalam bentuk silikat.

Deteksi uap air menyiratkan, jika planet berbatu terbentuk di sana, mereka akan memiliki air yang tersedia sejak awal. Penemuan itu menimbulkan pertanyaan dari mana air berasal.

Selanjutnya, para astronom kemudian mempertimbangkan dua skenario berbeda untuk menjelaskan temuan mereka. Pertama, molekul air terbentuk di tempat, di mana mereka mendeteksinya saat atom hidrogen dan oksigen bergabunng.

Kedua, bisa saja partikel debu berlapis es diangkut dari piringan luar yang dingin ke piringan dalam yang panas, di mana es air menyublim dan berubah menjadi uap. Sistem transportasi seperti itu akan mengejutkan, karena debu harus melewati celah besar yang diukir oleh dua planet raksasa.

Pertanyaan lain yang diajukan oleh penemuan ini, tentang bagaimana air dapat bertahan begitu dekat dengan bintang, ketika sinar ultraviolet bintang harus memecah molekul air.

Tampaknya, material di sekitarnya seperti debu dan molekul air lainnya berfungsi sebagai perisai pelindung. Hasilnya, air yang terdeteksi di cakram bagian dalam PDS 70 bisa selamat dari kehancuran.

Untuk penelitian lanjutan, para astronom akan menggunakan dua lagi instrumen Teleskop Webb, Near-Infrared Camera (NIRCam) dan Near-Infrared Spectrograph (NIRSpec) untuk mempelajari sistem PDS 70 dalam upaya mendapatkan pemahaman yang lebih besar.