JAKARTA - Para astronom akhirnya dapat menunjukkan bahwa kehidupan alien memang ada di sebuah planet jauh setelah pengamatan hari ini.
Planet K2-18b - yang lebih dari dua kali lipat ukurannya dari Planet Bumi dan berjarak 120 tahun cahaya - terletak dalam zona yang dapat dihuni oleh bintangnya di rasi Leo.
Para ilmuwan mengatakan tahun lalu bahwa mereka mendeteksi gas dimetil sulfida di atmosfernya - senyawa yang 'hanya dihasilkan oleh kehidupan'.
Sekarang, untuk mengonfirmasi temuan tersebut, Teleskop Luar Angkasa James Webb akan melakukan beberapa jam pengamatan terhadap planet ini pada Jumat. Namun ini juga belum dipastikan lantaran teleskop tersebut tengah mengalami gangguan di giroskopnya.
Oleh karena itu, para penggemar antariksa harus menunggu beberapa bulan untuk hasilnya diverifikasi dan dipublikasikan.
Para ilmuwan membuat penemuan yang menarik dan berpotensi revolusioner dalam pencarian kehidupan alien - setelah mendeteksi tanda-tanda gas yang hanya diproduksi oleh makhluk hidup di planet air jauh yang dikenal sebagai K2-18b.
“Sebuah gas 'secara unik terkait dengan kehidupan' ketika ditemukan di Bumi telah ditemukan di atmosfer K2-18b. Senyawa dimetil sulfida terlihat bersamaan dengan jumlah karbon dioksida dan metana,” kata ilmuwan.
Fakta-fakta Penting tentang Planet K2-18b
Ditemukan: 2015
Bintang: K2-18
Durasi orbit: 33 hari
Konstelasi: Leo
Massa: 8,6 kali lipat massa Bumi
Radius: 2,6 kali lipat radius Bumi
Penelitian terhadap planet K2-18b dipimpin oleh Dr. Nikku Madhusudhan, seorang astrofisikawan di University of Cambridge.
Dia menyebutnya sebagai dunia 'hycean' - istilah relatif baru yang dia ciptakan untuk planet berbatu dengan atmosfer kaya hidrogen dan samudra air.
“Jika kita mendeteksi DMS [di K2-18b], itu sebenarnya menjadikannya sebagai prioritas utama untuk tanda-tanda keberadaan kehidupan,” kata Madhusudhan kepada Times.
BACA JUGA:
K2-18b - lebih dari delapan kali massa Bumi dan dua kali lipat ukurannya - ditemukan pada tahun 2015. Tetapi baru pada tahun 2019 bahwa keberadaan uap air di atmosfer K2-18b dilaporkan.
Kemudian, tahun lalu, teleskop James Webb mendeteksi karbon dioksida dan metana di atmosfernya, serta kekurangan amonia.
Dr. Madhusudhan menyebut ini sebagai 'momentum yang sangat mendalam' karena mendukung teori bahwa ada samudra air di bawah atmosfer kaya hidrogen.
Pengamatan awal Webb menyediakan kemungkinan deteksi molekul yang disebut dimetil sulfida (DMS), yang di Bumi 'hanya dihasilkan oleh kehidupan'.
Dr. Madhusudhan mengatakan temuannya mengejutkan, tetapi karena ini hanya pengamatan awal, dia hanya bisa mengatakan dengan keyakinan 50 persen bahwa ada DMS di K2-18b.
“Hari itu, saya tidak punya keberanian untuk memberitahu tim saya sendiri,” tambahnya.
Kini setelah delapan jam pengamatan oleh teleskop James Webb seharusnya memberikan jawaban definitif - meskipun ahli tersebut harus menghabiskan beberapa bulan untuk menganalisis data-data tersebut.
Observatorium senilai 10 miliar dolar AS (Rp162 triliun) NASA dapat menganalisis susunan kimia sebuah planet yang jauh dengan menangkap cahaya dari bintang tuannya setelah melewati atmosfer planet tersebut menuju Bumi.