JAKARTA - Pendiri Telegram Pavel Durov mengumumkan bahwa pada awal tahun 2023, aplikasi perpesanan miliknya, Telegram telah melampaui 800 juta pengguna aktif bulanan.
Dalam sebuah pesan yang dikirim melalui saluran Telegramnya, Durov juga menyampaikan, ada lebih dari 2,5 juta pengguna baru mendaftar Telegram setiap harinya.
"Kami senang dan berterima kasih, meskipun pertumbuhan besar ini juga berarti pengeluaran yang lebih tinggi untuk penyimpanan dan lalu lintas untuk melayani pengguna kami," tulis Durov beberapa hari lalu.
Tidak hanya itu, bos Telegram itu juga menyampaikan pencapaiannya terkait monetisasi platform dengan mengumpulkan 210 juta dolar AS (Rp3,15 triliun) melalui penjualan obligasi minggu ini dari sejumlah investor.
"Untungnya, Telegram sangat efisien dalam hal pengeluaran dan kami memiliki awal yang baik dengan monetisasi tahun lalu. Meskipun belum menguntungkan, Telegram lebih dekat ke profitabilitas dalam jumlah absolut daripada pesaingnya seperti Twitter dan Snap," tambahnya.
Untuk mendanai pertumbuhan berkelanjutan Telegram hingga mencapai titik impas, minggu ini Durov meningkatkan obligasi Telegram senilai sekitar 270 juta dolar AS (Rp4,05 triliun).
BACA JUGA:
Secara pribadi, Durov mengatakan bahwa ia membeli sekitar seperempat dari obligasi Telegram baru, dan menginvestasikan puluhan juta ke dalam pertumbuhan Telegram. Selama 10 tahun terakhir, kata Durov, ia telah menghabiskan ratusan juta pada aplikasi untuk membuatnya tetap beroperasi.
Untuk perusahaan yang berkantor pusat di Dubai, meningkatkan keuangan dan menjadi mandiri adalah tantangan yang lebih besar, menurut Durov. Telegram, yang telah memulai mesin monetisasi dalam beberapa tahun terakhir, dan untuk mencapai kata "impas" dengan apa yang dikeluarkan cukup sulit.
Telegram bahkan telah mencoba penjualan token (yang diblokir oleh SEC), tetapi kondisi pasar global yang melemah secara terus-menerus membuat perusahaan itu sendiri harus terus bergantung pada investor swasta untuk membiayai operasinya.