JAKARTA - Satelit Republik Indonesia (SATRIA-1) sukses meluncur dengan roket Falcon 9 milik SpaceX, dari Cape Canaveral Space Lauch Complex 40 (SLC 40), Florida, Amerika Serikat (AS).
SATRIA-1 lepas landas pada pukul 18.21 waktu setempat, dengan menghabiskan peluncuran singkat selama 10 menit saja. Namun, mundur dari waktu yang ditentukan pada 18.04.
SATRIA-1 merupakan satelit multifungsi berteknologi Very High Throughput Satellite (VHTS) dengan frekuensi Ka-Band. Dia akan menjadi yang terbesar di Asia dan nomor lima di dunia dari sisi kapasitas, untuk kelas di atas 100Gbps. Kapasitas internet yang disediakan bisa mencapai 150Gbps.
Kapasitas yang besar itu akan disalurkan untuk mengatasi kesenjangan digital di wilayah-wilayah pelosok Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T).
Selain itu, SATRIA-1 memanfaatkan konsep frequency reuse untuk efisiensi penggunaan frekuensi dan peningkatan kapasitas bandwidth dibandingkan dengan teknologi konvensional.
Keberadaan SATRIA-1 melengkapi penyediaan akses internet melalui Base Transceiver Station (BTS) dan jaringan kabel serat optik Palapa Ring.
Setelah peluncuran, SATRIA-1 akan melakukan Electric Orbit Raising (EOR) selama sekitar 145 hari sejak pemisahan satelit dari kendaraan peluncurnya hingga tiba di posisi orbit 146 Bujur Timur.
Di posisi orbit tersebut, satelit akan menjalani serangkaian tes, seperti In Orbit Testing (IOT), In-Orbit Acceptance Review (IOAR), dan End-to-End Test (E2E Test), untuk memastikan kinerja satelit yang optimal.
Rencananya, pada minggu keempat Desember 2023, SATRIA-1 akan siap beroperasi dan terhubung dengan stasiun penerimaan bumi Very Small Aperture Terminal (VSAT), serta dihubungkan dengan Remote Terminal Ground Segment (RTGS) di lokasi layanan publik.
BACA JUGA:
BAKTI Kominfo akan menyediakan akses untuk 50.000 titik pelayanan publik pada tahap awal. Seperti fasilitas layanan akses internet cepat untuk titik pelayanan publik pendidikan, kesehatan dan pemerintahan. Selanjutnya akan menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
“Misalnya di kantor desa kita tempatkan wifi-nya di situ, Pemerintah desa bisa memanfaatkannya untuk pelatihan bagi pelaku UMKM. Saya kira manfaatnya secara tidak langsung kepada masyarakat," ungkap Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Kominfo, Usman Kansong beberapa waktu lalu.
"Karena SATRIA-1 merupakan bagian dari transformasi digital yang akan juga berdampak pada kesejahteraan masyarakat pada akhirnya,” imbuhnya.