Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah Britania Raya mengumumkan pada  Minggu, 18 Juni bahwa pengusaha teknologi Ian Hogarth akan memimpin tim tugas baru mereka yang akan mengkaji risiko keamanan yang ditimbulkan oleh kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).

Minggu lalu, Perdana Menteri Rishi Sunak menjadikan London sebagai tempat potensial untuk regulasi AI di tingkat global, dengan Britania Raya dijadwalkan menjadi tuan rumah sebuah pertemuan mengenai risiko AI pada akhir tahun ini.

Hogarth, yang merupakan salah satu pendiri layanan penemuan konser SongKick yang kemudian dijual ke Warner Music pada tahun 2017, dipilih untuk memimpin Taskforce Model Foundation AI Britania Raya dengan tugas utama melakukan penelitian keamanan terdepan menjelang pertemuan tersebut.

"Dalam visi yang berani, Perdana Menteri telah mengusulkan agar Britania Raya mempercepat pengembangan keamanan AI, sesuatu yang selama ini kurang mendapat perhatian meskipun kemampuan AI telah berkembang pesat," ujar Hogarth dalam pernyataannya, yang dikutip Reuters.

"Saya merasa terhormat mendapat kesempatan untuk memimpin misi yang penting ini menjelang pertemuan dunia pertama mengenai Keamanan AI di Britania Raya," ungkapnya. 

Pada bulan April, pemerintah telah mengalokasikan dana awal sebesar 100 juta poundsterling (Rp1,9 triliun) untuk membentuk tim tugas ini, yang akan mengkaji risiko seputar AI dan melakukan penelitian tentang keamanan. Tim ini juga akan membantu pengembangan perlindungan internasional, seperti standar keamanan dan infrastruktur yang dapat digunakan bersama.

"Semakin maju kecerdasan buatan, semakin besar pula peluang untuk mengembangkan ekonomi dan memberikan layanan publik yang lebih baik," ujar Sunak dalam pernyataan tersebut.

"Tetapi dengan potensi yang begitu besar untuk mengubah masa depan kita, kita bertanggung jawab untuk memastikan bahwa AI dikembangkan dengan aman dan bertanggung jawab," ungkap Perdana Menteri Inggris Raya itu.