Pemerintah AS Investasikan Rp7,5 Triliun untuk Mendorong Inovasi Teknologi di Wilayah Amerika Tengah Tahun Ini
Presiden AS Joe Biden meminta agar 4 miliar dolar AS (Rp60 triliun) tersedia untuk Tech Hubs. (foto: twitter @WhiteHouse)

Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah Amerika Serikat berupaya mengubah kawasan metropolitan di bagian tengah Amerika menjadi pusat inovasi teknologi berikutnya dengan investasi awal sebesar 500 juta dolar AS (Rp7,5 triliun).

Departemen Perdagangan Amerika Serikat mengumumkan pada Jumat 26 Mei pemberitahuan kesempatan pendanaan pertamanya, yang dikenal sebagai NOFO (Notice of Funding Opportunity), untuk program Regional Technology and Innovation Hub, atau disebut juga Tech Hubs.

Ini memulai proses bagi kelompok-kelompok yang memenuhi syarat di seluruh negara untuk mengajukan diri menjadi Tech Hubs. Desainasi tersebut memberikan mereka kesempatan untuk memanfaatkan dana tersebut untuk menjadikan wilayah mereka sebagai tempat yang menarik bagi para pengusaha dan teknolog untuk tinggal dan bekerja.

"Amerika memimpin dunia dalam inovasi teknologi. Tetapi kenyataan yang menyedihkan adalah bahwa ekosistem teknologi kita sangat terkonsentrasi," kata Menteri Perdagangan Gina Raimondo kepada wartawan dalam pers briefing pada Kamis. Ia mencatat bahwa 80% dari dana modal ventura AS diinvestasikan di Wilayah Teluk San Francisco, Timur Laut, dan Selatan California atau Silicon Valey.

"Masih ada potensi besar untuk inovasi teknologi di seluruh negeri. Di Amerika Serikat, kita memiliki lembaga riset terbaik di dunia. Itu tak terbantahkan. Dan sejujurnya, banyak dari mereka berada di jantung Amerika, jauh dari pantai," ujar Raimondo.

Kongres mengesahkan anggaran sebesar 10 miliar dolar AS (Rp150 triliun) untuk program ini antara tahun fiskal 2023 hingga 2027, dengan 500 juta dolar AS tersedia untuk didistribusikan tahun ini. Dalam kesempatan pendanaan saat ini, total 15 juta dolar AS (Rp225 miliar) dalam bentuk hibah perencanaan akan tersedia bagi para pendaftar yang ditunjuk sebagai Tech Hubs.

Nantinya, Departemen akan mencoba memberikan lima hingga sepuluh hibah desainasi Tech Hubs sebesar 50 juta dolar AS hingga 75 juta dolar AS masing-masing untuk membantu membangun kapasitas di wilayah mereka, menurut pejabat Departemen Perdagangan.

Presiden AS Joe Biden meminta agar 4 miliar dolar AS (Rp60 triliun) tersedia untuk Tech Hubs dalam anggaran tahun depan.

Pendaftar yang memenuhi syarat adalah kelompok-kelompok yang terdiri dari setidaknya satu entitas dari setiap kategori berikut: lembaga pendidikan tinggi, subdivisi pemerintah lokal atau negara bagian, industri atau perusahaan di bidang teknologi atau manufaktur terkait, kelompok pengembangan ekonomi, dan organisasi tenaga kerja atau kelompok pelatihan tenaga kerja.

Menurut undang-undang, Tech Hubs harus berfokus pada sejumlah area kunci teknologi, termasuk kecerdasan buatan, robotika, pencegahan bencana alam, bioteknologi, keamanan siber, efisiensi energi, dan lain-lain. Departemen tersebut harus menunjuk setidaknya 20 Tech Hubs sesuai dengan hukum yang berlaku.

Harapannya adalah bahwa injeksi dana tersebut akan membantu wilayah-wilayah di seluruh negara menjadi pusat inovasi yang penting dan menciptakan lebih banyak lapangan kerja yang berbayar tinggi di berbagai wilayah Amerika Serikat.

"Misi Presiden Biden sangat jelas, yaitu setiap orang di Amerika berhak mendapatkan kesempatan ekonomi yang adil, tidak peduli di mana mereka tinggal, dan mereka tidak harus pindah hanya untuk mendapatkan pekerjaan yang baik," kata Raimondo. "Tidak seharusnya seseorang harus meninggalkan keluarga, sistem pendukung, atau jaringan mereka untuk pindah ke New York atau San Francisco hanya untuk mendapatkan pekerjaan yang baik."

Raimondo juga menyebut program ini sebagai investasi penting dalam keamanan nasional Amerika Serikat. Ia menunjukkan upaya saat ini oleh negara tersebut melalui Chips and Science Act untuk berinvestasi dalam manufaktur semikonduktor domestik, yang menjadi prioritas bipartisan mendesak ketika pandemi menyoroti seberapa rapuhnya rantai pasokan chip komputer.

Hal ini disebabkan karena sebagian besar chip canggih tidak diproduksi di Amerika Serikat, dan ketergantungan industri pada chip yang diproduksi di Taiwan membuat rantai pasokan tersebut sangat rentan, terutama mengingat ketegangan dengan China.

Raimondo mengatakan bahwa Amerika Serikat "menyerahkan kepemimpinan kita dalam manufaktur dan inovasi untuk teknologi penting ini. Dan sekarang kita berada dalam posisi sulit untuk mengejar ketinggalan."

"Program Tech Hubs ini tentang memastikan hal itu tidak terjadi lagi, memastikan kita tetap unggul dalam teknologi penting lainnya, mulai dari kuantum hingga kecerdasan buatan hingga bioteknologi," ujarnya.

Dengan upaya ini, pemerintah Amerika Serikat berharap dapat memperkuat ekosistem inovasi teknologi di berbagai wilayah negara tersebut, mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang inklusif, dan meningkatkan daya saing Amerika Serikat di tingkat global.