Memahami Isu <i>Xenofobia</i> yang Dialami Jisoo
Ilustrasi fenomena Xenofobia (TeenVogue)

Bagikan:

JAKARTA - Lagi-lagi, K-Popers mengangkat isu kemanusiaan lewat Twitter. Jika sebelumnya mereka menyuarakan perlawanan terhadap Omnibus Law, kini penggemar K-Pop dari berbagai negara mengusung isu yang lebih besar: yakni xenofobia.

JAKARTA - Warganet Twitter penggemar Blackpink bersatu membela Jisoo, member Blackpink. Melalui tagar #XenofobiaIsNotAJoke dan #ProtectJisoo, penggemar Blackpink dari berbagai negara membela bintang yang berulangkali menghadapi perilaku xenophobic.

Diketahui, tren ini berkembang akibat beberapa pengguna yang mengejek Jisoo ketika sang idol berbicara menggunakan bahasa Inggris. Banyak penggemar menganggap Jisoo kurang fasih kemudian menjadikannya sebagai bahan olok-olokan.

JISOO IS A "SOUTH KOREAN" ACTRESS,SINGER,DANCER, AN ALL AROUNDER MEMBER OF THE BIGGEST GG WHICH IS BLACKPINK,

SHE IS BORN IN "SOUTH KOREA" AND WHAT DO U EXPECT HER TO SPEAK?ENGLISH?OFC ITS KOREAN!!SHE IS NOT OBLIGED TO SPEAK IN ENGLISH PERIODT.#ProtectJISOO#XenophobiaIsNotAJoke pic.twitter.com/rsw9OH6oc8

— ʟᴏʀᴇɴsᴄ_ᴏ⁴🦋 (@lorenzxc_o) January 20, 2021

Lalu, Apa Itu Xenofobia?

Arti xenofobia (Time)

Penggemar menekankan jika xenofobia bukanlah gurauan. Banyak dari Warganet pun mulai menyatakan bahwa, “Kami tidak akan mundur menghadapi berbagai bentuk kebencian, bullying, dan xenofobia terhadap JISOO atau siapa pun.”

Lalu, apa itu Xenofobia? Dan bagaimana xenofobia bisa dihubungkan dengan ulah beberapa pihak yang mengolok-olok ketidakmampuan Jisoo untuk berbicara dalam bahasa Inggris?

Menurut Cambridge Dictionary, xenofobia merupakan bentuk ketidaksukaan atau ketakutan yang teramat sangat terhadap orang asik, agama, adat istiadat, dan lain-lain.

Perlu dicatat, banyak pengguna menggunakan kata xenofobia ketika mereka melihat memaknai aksi rasisme. Dan dalam realitas sosial,memang kedua fenomena tersebut seringkali tumpang tindih.

Pasalnya, berdasarkan uraian International Encyclopedia of the Social & Behavioral Science (Second Edition), Xenofobia sendiri belum memiliki fondasi teoretis yang bisa digunakan untuk menjelaskan fenomena tersebut.

Padahal, keduanya bukanlah fenomena yang sama. Pula bukan sinonim yang bisa dipakai untuk memaknai satu peristiwa tertentu secara bersamaan. Tapi, tidak seperti rasisme dan fenomena sosial lain, xenofobia memiliki antonim: xenofilia. Artinya, cinta, ketertarikan, rasa penghargaan, dan simpati untuk orang asing.

Sedangkan anggapan banyak orang mengenai apakah xenofobia merupakan wujud gangguan mental, sampai saat ini masih jadi bahan perdebatan di kalangan akademisi.

Hanya saja, ada beberapa gejala yang bisa dipakai untuk memahami fenoma ini. Melansir Study, gejaka dari xenofobia antara lain:

  • Takut berada di dekat orang asing yang tidak memiliki kesamaan (baik bahasa, ras, atau kewarganegaraan)
  • Mudah marah dan berubah kepribadiannya ketika berada di dekat orang asing, meskipun yang berbeda hanyalah budayanya, bukan individu
  • Mudah membuat kesimpulan dan stereotyping orang lain yang berbeda
  • Tidak mampu percaya dan membuat hubungan baru dengan orang asing
  • Mendapatkan kepuasan ketika menganiaya orang asing
  • Menghindari area tertentu yang dijadikan tempat berkumpulkan kelompok asing dan yang berbeda