Bagikan:

JAKARTA - JPMorgan Chase, perusahaan investasi yang cukup besar, akan mengambil alih deposito dan aset senilai lebih dari 330 miliar dolar AS (Rp4,8 kuadriliun) dari First Republic Bank yang sedang berjuang. Menurut pernyataan FDIC pada tanggal 1 Mei, FDIC ditunjuk sebagai penerima First Republic Bank setelah ditutup oleh Departemen Proteksi dan Inovasi Keuangan California.

"Semua deposan First Republic Bank akan menjadi deposan JPMorgan Chase Bank, National Association, dan akan memiliki akses penuh ke semua deposit mereka," kata pernyataan tersebut.

First Republic Bank adalah bank ke-3 terbesar di Amerika Serikat yang runtuh dalam beberapa bulan terakhir. Sementara itu, FDIC memastikan bahwa deposito bank tetap diasuransikan dan nasabah First Republic Bank tidak perlu mengubah hubungan perbankannya untuk mempertahankan asuransi deposito.

Regulator tersebut menyebutkan bahwa 84 kantor First Republic Bank di delapan negara bagian akan dibuka kembali sebagai cabang JPMorgan selama jam kerja hari ini. FDIC menyebutkan bahwa mereka melakukan transaksi bagi rugi dengan JPMorgan.

Menurut agensi tersebut, transaksi tersebut akan meminimalkan gangguan bagi nasabah bank yang gagal dan membantu memaksimalkan pemulihan aset dengan tetap mempertahankan mereka di sektor swasta.

"Diperkirakan biaya untuk Dana Asuransi Deposit akan sekitar 13 miliar dolar AS (Rp191 triliun)," jelas FDIC.

Pekan lalu, saham First Republic Bank merosot tajam setelah berita bahwa depositonya turun 40 persen dalam 22 hari. Saat itu, pengamat industri berspekulasi bahwa bank tersebut akan menjadi korban berikutnya dari krisis perbankan yang telah menelan Silicon Valley Bank dan Signature Bank.

Sementara itu, berita tersebut telah menyebabkan penjualan ringan di pasar kripto. Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH) turun lebih dari 2 persen pada saat ini. Dilansir dari Cryptoslate, pasar kripto cenderung merespons ketika terjadi krisis keuangan di sektor perbankan tradisional karena alasan yang berbeda.

Beberapa investor tergoda untuk memindahkan aset mereka ke mata uang kripto, sementara yang lain mungkin khawatir bahwa krisis perbankan dapat memicu penurunan pasar secara keseluruhan.