JAKARTA - Xiaomi masuk dalam daftar hitam (blacklist) perusahaan yang dicekal oleh Pemerintah Amerika Serikat (AS). Keputusan itu diambil setelah Departemen Pertahanan AS, mengkategorikan Xiaomi sebagai perusahaan militer milik komunis China.
Dengan langkah tersebut, investor AS nantinya tidak dapat lagi berinvestasi di perusahaan yang masuk dalam daftar hitam khusus itu. Atas tudingan tersebut, Xiaomi memberikan tanggapannya melalui sebuah klarifikasi yang diunggah di blog resmi Xiaomi.
"Perusahaan (Xiaomi) telah mematuhi hukum dan beroperasi sesuai dengan hukum dan peraturan yuridiksi yang relevan dalam menjalankan bisnisnya," tulis Xiaomi dalam blog perusahaan, Minggu, 17 Januari
— Xiaomi (@Xiaomi) January 15, 2021
Xiaomi juga menegaskan bahwa produk yang dibuatnya hanya digunakan oleh masyarakat sipil. Apalagi digunakan maupun terafiliasi dengan militer China.
"Perusahaan mengonfirmasi bahwa tidak dimiliki, dikontrol atau terafiliasi dengan militer China, dan bukan "Perusahaan Militer Komunis China" yang didefiniskan oleh undang-undang NDAA", tulis Xiaomi dalam pernyataan resminya.
Lebih lanjut Xiaomi menyebutkan, perusahaan menyebut akan mengambil tindakan yang tepat untuk melindungi kepentingan perusahaan dan para pemangku kepentingannya. Xiaomi juga menyebut akan membuat pengumumkan lebih lanjut nantinya.
Menurut Kementerian Luar Negeri Tiongkok, langkah AS ini menyalahgunakan kekuasaan negara. "Kami akan mengambil langkah yang penting untuk melindungi kepentingan sah perusahaan Tiongkok," dikutip dari Reuters.
BACA JUGA:
Selain Xiaomi ada delapan perusahaan asal China lain yang masuk ke dalam daftar hitam. Hingga kini, Pentagon telah menambahkan total 35 perusahaan yang masuk daftar hitam di bawah undang-undang NDAA baru, termasuk perusahaan minyak asal China CNOOC dan produsen chip SMIC.
Di sisi lain, Pemerintahan Donald Trump yang tinggal menghitung hari juga belum memberikan bukti apa pun terkait keterikatan Xiaomi atau perusahaan lain dengan militer China. Blacklisting Xiaomi disebut-sebut sangat tiba-tiba dan tidak terduga mengingat Xiaomi pada dasarnya adalah perusahaan smartphone dan elektronik.
Sebelum langkah ini, pemerintahan Trump justru lebih fokus pada perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi (Huawei), industri pengawasan diri dalam penerbangan (Comac), kerdigantaraan, pembuatan kapal, bahan kimia, kontruksi, dan bentuk infrastruktur lainnya.