Bagikan:

JAKARTA - Hingga saat ini tes untuk mendeteksi infeksi virus corona hanya boleh dilakukan petugas kesehatan. Baik dengan mendatangi klinik, rumah sakit, atau memanggil petugas ke rumah. Selain itu juga butuh waktu hingga hasil keluar. Tapi, bagaimana jikada ada cara mendeteksi virus COVID-19 yang bisa dilakukan dari rumah menggunakan smartwatch?

Smartwatch dan gawai pelacak aktivitas sejenis dirancang untuk terus-menerus memindai detak jantung, suhu kulit, serta berbagai gejala fisik lain. Berdasar penelitian terbaru, data-data yang dikumpulan smartwatch bisa digunakan untuk mendeteksi infeksi virus corona, bahkan sebelum diagnosa kesehatan dilakukan.

Penelitian tersebut dilakukan institusi kesehatan dan akademis Mount Sinai Healt System di New York dan Stanford University di California. Menurut para peneliti, teknologi wearable bisa berperan penting dalam membendung pandemi dan penyakit menular lain.

Menangkap sinyal detak jantung

Peneliti di Institut Mount Sinai menemukan jika Apple Watch mampu mendeteksi perubahan terkecil dari detak jantung seseorang. Perubahan itulah yang dipakai sebagai sinyal apakah seseorang terinfeksi virus corona, hingga 7 hari sebelum mereka merasakan gejala-gejala dari virus ini.

“Tujuan kami adalah menggunakan alat untuk mengidentifikasi infeksi lebih dini, bahkan sebelum seseorang tahu jika mereka sudah terpapar,” ujar Rob Hirten, asisten profesor kesehatan Icahn Shool of Medicine di Mount Sinai, New York.

Lebih spesifik, penelitian ini menganalisa metrik yang disebut Variabilitas Detak Jantung – variasi interval setiap detak jantung. Temuan peneliti, variabilitas ini mampu memperkirakan bagaimana sistem imun seseorang.

“Kami menemukan jika metrik Variabilitas Detak Jantung berubah seiring berkembangnya peradangan di tubuh, dan Covid adalah peristiwa peradangan yang luar biasa,” ungkap Hirten kepada wartawan CBSMoneyWatch.

Temuan peneliti, seseorang yang terinfeksi virus corona memiliki Variabilitas Detak Jantung rendah. Dengan kata lain, memiliki sedikit variasi interval detak jantung.

Di sisi lain, Variabilitas Detak Jantung tinggi tidak sama dengan kondisi detak jantung tinggi. Menurut Hirten, detak jantung tinggi mengindikasikan sistem saraf yang aktif, adaptif, serta lebih kuat menghadapi stres.

Penelitian ini melibatkan 300 lebih karyawan kesehatan Mount Sinai yang menggunakan Apple Watch. Proses pengumpulan data berlangsung antara 29 April 29 hingga 29 September.

Peringatan dini

Penelitian terpisah dilakukan oleh Stanford University, di mana partisipan menggunakan beragam jenis gawai pelacak aktivitas. Mulai dari Garmin, Fitbit, Apple, dan produk sejenis lainnya.

Penelitian tersebut menemukan bahwa 81% partisipan yang berstatus positif terinfeksi virus corona mengalami perubahan detak jantung hingga sembilan hari sebelum timbulnya gejala.

“Denyut jantung yang sangat tinggi merupakan salah satu indikasi timbulnya gejala,” jelas Profesor Michael Snyder yang memimpin penelitian tersebut.

Penelitian dengan nama DETECT ini berlangsung selama bulan Maret hingga Juni 2020. Penelitian tersebut melibatkan 30.529 paritisipan di Amerika Serikat yang menyediakan data dari smartwatch dan gawai pelacak aktivitas lain.

“78,4 persen partisipan menggunakan gawai Fitbit, 31,2 persen menggunakan Apple Watch, dan 8,1 persen menggunakan gawai yang kompatibel dengan Google Fit,” tulis tim peneliti.

Dari penelitian tersebut, tim merancang sistem alarm yang memperingatkan pengguna gawai wearable saat detak jantung terus meningkat selama periode waktu tertentu.

“Fluktuasi teratur tidak akan memantik alarm –hanya perubahan yang signifikan dan berlangsung terus-menerus,” terang Profesor Michale Snyder dalam jurnal yang diterbitkan Nature Biomedical Engineering.

Snyder turut menjelaskan jika teknologi seperti ini bisa membantu kelemahan dari tes virus corona saat ini, yakni tidak bisa dilakukan selama 24 jam.

“Sedangkan gawai mampu melacak dan memberikan data selama 24 jam. Smartwatch bakal memberi data secara waktu nyata dan langsung,” pungkas Snyder.