Bagikan:

JAKARTA - Kepolisian Uni Eropa Europol pada Senin 27 Maret memperingatkan tentang potensi penyalahgunaan Chatbot ChatGPT yang didukung kecerdasan buatan untuk upaya phishing, disinformasi, dan kejahatan siber. Hal ini menambah deretan kekhawatiran mulai dari masalah hukum hingga etika.

Sejak diluncurkan akhir tahun lalu, ChatGPT dari OpenAI, yang didukung oleh Microsoft, telah memicu tren teknologi, mendorong pesaing untuk meluncurkan produk serupa dan perusahaan untuk mengintegrasikannya atau teknologi serupa ke dalam aplikasi dan produk mereka.

"Seiring kemampuan LLM (model bahasa besar) seperti ChatGPT yang sedang aktif ditingkatkan, potensi eksploitasi jenis sistem AI ini oleh para penjahat memberikan pandangan yang suram," kata Europol saat mempresentasikan laporan teknologi pertamanya yang dimulai dengan chatbot tersebut.

Europol menyoroti penggunaan merugikan ChatGPT dalam tiga area kejahatan.

"Kemampuan ChatGPT untuk membuat teks yang sangat realistis menjadikannya alat yang berguna untuk tujuan phishing," kata Europol, seperti dikutip Reuters.

Dengan kemampuannya untuk mereproduksi pola bahasa untuk meniru gaya bicara individu atau kelompok tertentu, chatbot tersebut dapat digunakan oleh penjahat untuk menargetkan korban, kata agensi penegakan hukum Uni Eropa tersebut.

Europol mengatakan kemampuan ChatGPT untuk menghasilkan teks yang terdengar otentik dengan kecepatan dan skala juga menjadikannya alat yang ideal untuk propaganda dan disinformasi.

"Ini memungkinkan pengguna untuk menghasilkan dan menyebar pesan yang mencerminkan narasi tertentu dengan usaha yang relatif sedikit," tambah Europol.

Menurut Europol, penjahat dengan sedikit pengetahuan teknis dapat beralih ke ChatGPT untuk menghasilkan kode jahat.