JAKARTA - Dunia penerbangan Indonesia kembali berduka. Pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ-182 dilaporkan jatuh pada Sabtu 9 Januari di Perairan kepulauan Seribu.
Ketika terjadi kecelakaan pesawat seperti ini, perhatian publik biasanya mengarah pada aplikasi data penerbangan seperti Flightradar24. Layanan semacam ini memberikan data-data yang cukup terperinci meliputi rute penerbangan, tujuan penerbangan, hingga jenis pesawat yang digunakan.
Lantas bagaimana cara Flight Radar 24 bisa melacak pesawat di udara, termasuk mengetahui Sriwijaya Air SJ-182 yang jatuh? Apakah data yang ditampilkan aplikasi ini akurat dan cukup untuk merekonstruksi kejadian tersebut?
Layanan Flightradar24 mulai dioperasikan pada 2006. FR24 mulai dikenal publik ketika media internasional mengandalkan data-data layanan ini pada 2010, ketika erupsi gunung berapi Eyjafjallajökull di Islandia menyebabkan gangguan penerbangan di Atlantik Utara dan Eropa.
Sejak saat itu, layanan ini digunakan oleh berbagai media untuk menyampaikan informasi terkait pesawat, misalnya ketika hilangnya MH370 pada 8 Maret 2014 atau ketika Lion Air JT610 jatuh pada 2018 lalu.
Mengutip dari berbagai sumber, ada tiga instrumen digital yang digunakan oleh Flightradar24 untuk mendapatkan data penerbangan, yakni Automatic Dependent Surveillance-broadcast (ADS-B), Multilateration (MLAT), dan Federal Aviation Administration (FAA).
On Sunday, Indonesian authorities said they have located the flight data recorder and cockpit voice recorder from #SJ182 and hoped to retrieve them on Monday. https://t.co/x3nigpk93Y pic.twitter.com/OHvDZaECXf
— Flightradar24 (@flightradar24) January 10, 2021
1. Automatic Dependent Surveillance-Broadcast (ADS-B)
ADS-B menjadi sumber informasi penerbangan utama yang dimanfaatkan aplikasi. Teknologi ini tertanam di setiap pesawat, namun ada juga beberapa pesawat non-komersial tidak menyematkannya dengan alasan privasi.
Perangkat ini digunakan pesawat komersial modern untuk mendapatkan data lokasi pesawat secara real-time dari satelit, yang kemudian diteruskan ke Air Traffic Controller (ATC) untuk menghindari terjadinya tabrakan pada sebuah jalur.
Setiap pesawat seharusnya memiliki teknologi ini di dalamnya. Namun ada beberapa pesawat non komersial yang tidak menyematkan alat ini karena alasan privasi.
ADS-B mengirimkan sinyal dengan frekuensi 1.090 Mhz yang berisi data lengkap pesawat secara simultan. Gelombang sinyal radio ini ditangkap oleh perangkat penerima yang dimiliki Flightradar24 dan kemudian ditampilkan melalui sebuah gambar.
Flightradar24 memiliki lebih dari 20.000 perangkat penerima sinyal ADS-B di seluruh dunia. Karena frekuensi yang digunakan pada gelombang ini cukup tinggi (1090 Mhz), setiap perangkat penerima hanya dapat mendeteksi sinyal dengan radius 400 kilometer.
2. Multilateration (MLAT)
Tidak hanya ADS-B, FlightRadar24 juga menggunakan Multilateration atau MLAT. Teknologi ini memanfaatkan metode Time Difference of Arrival (TDOA). Dengan mengukur waktu yang dibutuhkan untuk menerima sinyal dari pesawat dengan transponder ModeS, posisi pesawat dapat diperkirakan.
Hal ini dilakukan berdasarkan pengukuran jarak ke dua bandara terdekat yang menjadi acuan. Teknik ini serupa dengan penentuan lokasi pengguna ponsel dengan memanfaatkan BTS yang ada di sekitarnya.
Metode ini tidak sama dengan perhitungan yang dilakukan menggunakan teknologi ADS-B. Hasil perhitungan jarak yang dihasilkan bukan berupa angka statistik dan koordinat, melainkan sebuah kurva yang memuat dua buah garis. Garis pertama adalah perkiraan jarak terhadap bandara pertama yang dijadikan acuan dan garis kedua adalah perkiraan jarak dengan bandara ke dua.
Kedua garis ini membuat sebuah grafik menyilang dan menghasilkan sebuah titik temu. Titik inilah yang menjadi prediksi mengenai posisi pesawat yang terdeteksi.
Sejatinya, metode pelacakan dengan teknik MLAT ini sudah banyak digunakan sejak Perang Dunia II. Sistem ini terus digunakan dan semakin luas penerapannya. Salah satunya adalah teknologi Global Positioning System (GPS) yang mengadopsi metode ini.
3. Federal Aviation Administration (FAA)
Selain menggunakan peralatan canggih seperti ADS-B dan MLAT, Flightradar24 juga mendapatkan data lengkap dari Federal Aviation Administration (FAA). FAA adalah otoritas penerbangan nasional Amerika Serikat (AS).
Lembaga tersebut berada di bawah Departemen Perhubungan AS dan dibuat untuk mengatur dan mengawasi semua aspek penerbangan sipil di AS. Dari lembaga ini, Flightradar24 mendapatkan informasi akurat mengenai detail penerbangan seperti nomor pesawat, jadwal penerbangan, hingga estimasi waktu.
Data yang dihasilkan FAA sendiri berasal dari data radar pesawat yang mencakup sebagian besar lalu lintas udara kawasan AS, Kanada, Atlantik dan Samudera Pasifik.
Tidak sampai di situ, aplikasi FlightRadar juga memanfaatkan pelacakan penerbangan berbasis satelit. Ini adalah langkah terbaru dalam pencarian untuk cakupan ADS-B global.
Satelit yang dilengkapi dengan ADS-B mengumpulkan data dari pesawat di luar area jangkauan jaringan ADS-B terestrial aplikasi tersebut dan mengirimkan data itu ke jaringan Flightradar24.
Data ADS-B berbasis satelit yang tersedia di Flightradar24 berasal dari berbagai penyedia. Karena jumlah satelit yang memasok data dan lokasinya dinamis, jangkauan satelit bervariasi. Umumnya, ADS-B berbasis satelit meningkatkan cakupan penerbangan di atas lautan di mana penerimaan berbasis darat tidak memungkinkan. Hanya pesawat yang dilengkapi transponder ADS-B yang dapat dilacak melalui satelit.
BACA JUGA:
Apakah Sumber Data FlightRadar24 Akurat?
Jika dipresentase, angka yang menunjukkan untuk aplikasi ini adalah 99 persen. Ya, pada dasarnya FlightRadar24 itu mendengarkan data yang dikirimkan setiap pesawat ke ATC. Jadi data yang didapat Flightradar24 pada intinya sama dengan data yang diperoleh otoritas penerbangan resmi.
Sayangnya, alat ADS-B penerima sinyal yang dimiliki Flightradar24 juga terbatas, hanya 20.000 di seluruh dunia. Receiver itu mencakup seluruh wilayah AS, Eropa, dan sebagian besar negara-negara di Asia, termasuk juga Indonesia.
Itu artinya, jaringan Flightradar24 tidak sebanding dengan jaringan radar yang dimiliki seluruh negara di dunia. Masih banyak area yang tidak dapat dijangkau jaringan receiver Flightradar24, misalnya saja lautan yang luas.
Oleh karena itu, Flightradar24 memang dapat digunakan sebagai patokan untuk melihat pergerakan pesawat. Tetapi, data yang mereka miliki tentunya tidak bisa dijadikan acuan untuk merekonstruksi kejadian pesawat hilang kontak maupun jatuh.