Bagikan:

JAKARTA – Banyak penelitian yang menyarankan untuk membatasi pemakaian smartphone agar lebih sehat mental. Sejumlah rekomendasi menekankan perlunya digital detox. Lantas, benar ‘kah durasi lama memakai smartphone adalah sumber kecemasan, depresi dan stres?

Berdasarkan penelitian terbaru yang dipimpin oleh Heather Shaw dan Kristoffer Geyer menemukan hasil yang mengejutkan. Penelitian tersebut dipublikasikan di Technology, Mind, and Behavior. Meneliti 119 pengguna iPhone dan 46 pengguna Android. Waktu partisipan dalam mengakses smartphone diukur selama satu minggu.

Peserta juga ditanyai soal kesehatan mental dan fisik mereka. Gejala kecemasan dan depresi menggunakan skala klinis dan waktu pemakaian smartphone. Penelitian ini juga menggali masalah-masalah yang dialami partisipan selama menggunakan ponsel pintar. Tujuan penelitian ini untuk menemukan relasi antara durasi waktu yang dihabiskan memakai ponsel yang diduga sebagai sebab buruknya kesehatan mental.

Dilansir oleh Good News Network, penelitian yang dipimpin oleh Heather Shaw dari Departemen Psikologi Universitas Lancaster mencatat orang yang tidak banyak memakai smartphone justru mengalami kecemasan dan depressive disorder diatas skala batas.

Artinya, durasi panjang dalam memakai ponsel bukan ukuran klinis yang menyebabkan munculnya gejala kecemasan secara umum. Ini adalah temuan pertama dalam penelitian. Selanjutnya, apa yang membuat orang merasa tak bahagia meski telah membatasi pemakaian ponsel pintar?

Dengan berbagai indikator, pada intinya Shaw menjelaskan bahwa penelitian perlu dilakukan untuk mengukur problematika dalam skala pemakaian smartphone. Terutama tentang kecemasan dan rasa cemas yang dirasakan oleh partisipan terhadap penggunaan alat komunikasi yang dimiliki setiap orang.

Faktanya, banyak partisipan yang telah berusaha membatasi mengakses ponsel. Mereka juga mengakui bahwa memakai handphone dalam durasi yang lebih dari mereka rencanakan. Heather Shaw mengatakan, penting sekali untuk mempertimbangkan perangkat secara terpisah dari kekhawatiran dan rasa khawatir yang dipicu teknologi.

Karena hasil penelitian yang ditemukan oleh Shaw dan kawan-kawannya tidak menunjukkan hubungan penting antara durasi pemakaian smartphone dan keshatan mental. Maka telah menggugurkan temuan-temuan dalam penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa durasi penggunaan smartphone memicu kekhawatiran yang justru membuat orang merasa khawatir.

Temuan dari penelitian Shaw diperkuat dengan pernyataan Dr David Ellis dari Fakultas Manajemen Universitas Bath. Ellis menyatakan tentang teknologi seluler menjadi semakin penting berkaitan dengan pekerjaan dan kehidupan sehari-hari selama pandemi Covid-19. Hasil penelitiannya menunjukkan jika mengurangi waktu di depan layar, mayoritas tidak akan membuat orang lebih bahagia.

Alih-alih mendorong manfaat detoksifikasi digital, ungkap Ellis. Orang-orang akan mendapatkan manfaat dari pemakaian smartphone. Justru, rasa khawatir dan kecemasan tumbuh sebelum dan atau sesudah memakai smartphone.