Bagikan:

JAKARTA - Twitter menjadi platform media sosial pertama yang memperbolehkan perusahaan ganja untuk memasarkan merek dan produk mereka di Amerika Serikat.

Platform tersebut sebelumnya hanya memperbolehkan iklan untuk produk topikal CBD yang berasal dari hemp, sedangkan platform media sosial lainnya seperti Facebook, Instagram, dan TikTok mengikuti kebijakan "tidak ada iklan ganja" karena ganja masih ilegal di tingkat federal.

Kini semakin banyak negara bagian di Amerika Serikat yang memperbolehkan penjualan ganja rekreasi, dengan 21 negara sudah bergabung.

Twitter mengatakan akan memperbolehkan perusahaan ganja untuk beriklan, selama mereka memiliki lisensi yang tepat, melalui proses persetujuan Twitter, dan hanya menargetkan yurisdiksi tempat mereka memiliki lisensi untuk beroperasi dan yang terpenting, tidak menargetkan orang di bawah usia 21 tahun.

"Ini adalah kemenangan yang cukup besar bagi pemasar ganja legal," kata perusahaan ganja dan ganja medis multinegara Cresco Labs, seperti dikutip Reuters.

Kebanyakan perusahaan ganja segera mengadopsi perubahan yang disarankan oleh Twitter. Trulieve Cannabis Corp  bahkan meluncurkan kampanye multinegara di platform tersebut pada Rabu, 15 Februari.

"Perubahan ini mencerminkan penerimaan yang semakin meningkat tentang ganja sebagai kategori kesehatan yang umum, dan kami berharap ini akan menjadi pendorong bagi platform media sosial lainnya untuk mengikuti jejaknya," kata Kate Lynch dari Curaleaf, perusahaan ganja terbesar yang beroperasi di Amerika Serikat.

Setelah menikmati peningkatan penjualan selama tahap awal pandemi, industri ganja AS menunjukkan tanda-tanda melambat menghadapi tantangan regulasi dan ekonomi, termasuk penurunan harga dan pasar ilegal yang merampas pelanggan.

Curaleaf baru-baru ini mengurangi tenaga kerja sebesar 10% dan keluar dari sebagian besar operasinya di tiga negara bagian AS.