JAKARTA – Perusahaan pembuat chip asal Taiwan, United Microelectronics Corp (UMC) mengumumkan pada Senin 16 Januari bahwa pihaknya menerapkan kontrol biaya yang ketat karena permintaan yang lemah dan prospek pasar yang lemah, sebagai tanda lebih lanjut dari kesulitan yang dihadapi industri teknologi tahun ini.
UMC, kliennya termasuk perusahaan AS Qualcomm Inc dan Infineon Jerman, telah diuntungkan dari kekurangan semikonduktor global yang membuat buku pesanan mereka penuh dalam sekitar dua tahun terakhir.
Namun permintaan telah merosot dalam beberapa bulan terakhir karena melonjaknya inflasi, kenaikan suku bunga dan prospek ekonomi dunia yang suram, telah menyebabkan konsumen dan bisnis memperketat pengeluaran.
"Mengingat prospek ekonomi global yang lemah untuk tahun 2023, kami memperkirakan lingkungan yang menantang saat ini akan bertahan hingga kuartal pertama karena hari persediaan pelanggan masih lebih tinggi dari biasanya sementara visibilitas pesanan tetap rendah," kata Co-President UMC, Jason Wang, seperti dikutip Reuters.
"Untuk mengelola periode kelemahan ini, perusahaan menerapkan langkah-langkah pengendalian biaya yang ketat dan menunda belanja modal tertentu jika memungkinkan," ujarnya.
Pengeluaran modal perusahaan tahun 2022 adalah 2,7 miliar dolar AS (Rp40,8 triliun) , kurang dari 3 miliar dolar AS (Rp45 triliun) yang direncanakan sebelumnya, dengan pengeluaran tahun 2023 ditetapkan sebesar 3 miliar dolar AS. Kepala keuangan UMC Chitung Liu, juga menambahkan kapasitas baru akan beroperasi pada kuartal ketiga di kota Tainan, Taiwan selatan.
BACA JUGA:
“Industri otomotif, yang terpukul keras oleh kekurangan chip global, diharapkan menjadi "katalisator pertumbuhan utama" tahun ini dan seterusnya, mengingat perpindahan ke kendaraan listrik,” tambah Wang.
Perusahaan melaporkan kenaikan 14,8% tahun-ke-tahun dalam pendapatan kuartal keempat menjadi 67,84 miliar dolar Taiwan (Rp33,8 triliun), meskipun itu turun 10% dibandingkan kuartal sebelumnya dengan pengiriman wafer turun 14,8% kuartal ke kuartal.
Saingan mereka sesama perusahaan Taiwan, TSMC, yang juga pembuat chip kontrak terbesar di dunia, minggu lalu melaporkan lonjakan laba kuartal keempat sebesar 78%, tetapi memperingatkan bahwa pendapatan kuartal pertama akan turun sebanyak 5% dan akan memangkas investasi tahunan.
Saham UMC ditutup turun 1,1% pada hari Senin, berkinerja buruk dengan kenaikan 0,7% di pasar yang lebih luas. Mereka telah memperoleh 10,3% sepanjang tahun ini, memberi perusahaan nilai pasar 18,7 miliar dolar AS (Rp282,6 triliun).