JAKARTA - Sering kali astronot disibukan dengan penelitian saat mereka di luar angkasa, tetapi bukan berarti mereka tidak membutuhkan komunikasi dengan keluarganya di Bumi, terlebih menyenangkan bisa melakukan panggilan video.
Sebuah perusahaan konferensi web, Cisco mengklaim telah menghasilkan beberapa inovasi baru untuk Webex, setelah platform tersebut digunakan pada misi Artemis I NASA.
Misi itu belum lama ini diluncurkan yang memakan waktu 25 hari dengan pesawat ruang angkasa Orion melaju di sekitar Bulan.
Pembuat Orion, Lockhead Martin berkolaborasi dengan Amazon dan Cisco untuk menguji Calisto selama misi Artemis I kemarin.
Calisto sendiri merupakan sebuah muatan demonstrasi teknologi yang terdiri dari Alexa dan iPad yang menjalankan Webex, semuanya ditempatkan dalam casing yang dilindungi dari radiasi.
Tujuan Callisto sendiri adalah untuk melihat bagaimana teknologi konsumen saat ini dapat digunakan secara efektif di luar angkasa.
Pada kesempatan kali ini, Cisco ingin Webex memfasilitasi interaksi tatap muka sebaik mungkin antara mereka yang berada di Bumi dan mereka yang berada di luar angkasa.
Menurut Cisco, hal ini cukup penting dalam misi luar angkasa yang kerap memakan waktu lama, menjauhkan astronot dari orang yang mereka cintai.
Inovasi Cisco dimulai menempatkan kamera menghadap iPad untuk melihat apakah umpan video dari kontrol misi berhasil. Untuk mengoperasikan perangkat lunak, Cisco juga mengembangkan makro otomatis guna menjalankan fungsi tertentu.
Namun, inovasi anyar ini bukan berarti tanpa tantangan. Wakil Presiden Manajemen Produk Cisco, Jono Luk dalam sebuah acara menguraikan apa yang dihadapi perusahaan dalam membuat panggilan video bekerja antara Bumi dan luar angkasa.
Luk mengatakan kurangnya koneksi internet. NASA menggunakan jaringan luar angkasanya untuk berkomunikasi dengan pesawat ruang angkasa, yang terdiri dari tiga piringan satelit di seluruh dunia, jadi Webex harus memanfaatkan ini untuk mengirimkan sinyal videonya.
Melansir TechRadar, Kamis, 29 Desember, masalahnya adalah bahwa Cisco hanya mengalokasikan bandwidth sekitar 128kb/s, sehingga para peneliti Webex harus memodifikasi perangkat lunak untuk mengecilkan sinyal video dengan faktor sepuluh, sambil tetap mempertahankan kualitas.
Masalah lainnya adalah latensi. Luk menjelaskan dengan menggunakan Webex antara titik mana pun di Bumi hanya menghasilkan angka latensi sekitar 40 hingga 100 milidetik, tetapi selama Artemis 1, latensi yang ditemui adalah antara lima dan tujuh detik.
Bahkan saat Webex digunakan di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), Webex tidak menemui masalah latensi dalam skala ini. Jadi para peneliti harus membuat algoritme baru untuk memperhitungkan latensi itu, memastikan audio dan video tetap sinkron.
BACA JUGA:
Setelah beberapa waktu menguji Callisto selama misi, Luk mengatakan masalah komunikasi yang lambat dapat diimbangi dengan memanfaatkan gambar sebagai gantinya, menggunakan fitur papan tulis di dalam Webex dan Cisco Webex Board di kontrol misi.
Sekarang setelah penelitian itu selesai, Luk menyatakan Webex telah berhasil di semua lini, menetapkan rekor panggilan video jarak jauh selama misi, sekitar 260.000 mil antara titik akhir.
Namun, Luk mengakui masih ada kendala interaksi manusia saat berkomunikasi dengan jarak yang begitu jauh. Dia menyatakan keinginannya bahwa beberapa jenis prompt UI dapat dikembangkan, jika ada waktu, untuk memberi tahu pengguna ketika sinyal telah mencapai orang di ujung sana.
Dengan cara ini, mereka dapat mengetahui perbedaan antara latensi dan kesalahan pengguna atau teknologi jika lawan bicara mereka tetap tidak responsif.
Sebagai informasi, misi Artemis berikutnya sedang dalam proses, Cisco tidak tahu apakah itu akan dipanggil lagi. Tetapi, Luk yakin Webex akan siap untuk perjalanan panjang ke depan.