Bagikan:

JAKARTA - Para ilmuwan menggunakan teknologi pengenal wajah yang dijuluki SealNet, untuk melacak pergerakan anjing laut. Bertujuan, agar spesies itu tidak punah.

SealNet diciptakan oleh seorang ahli biologi di Universitas Colgate di Hamilton, Amerika Serikat (AS), Krista Ingram, dan dikembangkan sebagian oleh Ahmet Ay, seorang profesor biologi dan matematika di Colgate.

SealNet didasarkan pada PrimNet, perangkat lunak pengenal wajah yang digunakan untuk mengidentifikasi primata.

"Ini semacam mengubah teknologi ini dari keprihatinan Big Brother yang kita miliki dalam teknologi pengenalan wajah manusia, untuk menggunakannya demi kebaikan. Tidak ada kerugian," ujar Ingram.

Dalam pengujian Ingram baru-baru ini, Ay dan rekan mereka menemukan SealNet dapat secara akurat mengidentifikasi anjing laut antara 90 dan 97 persen dari waktu.

Ingram mengatakan setiap spesies itu unik. Dia dan rekan-rekannya telah menghabiskan waktu berjam-jam di Maine's Casco Bay memotret anjing laut pelabuhan untuk database.

Saat wawancara di acara As It Happens, dengan host Nil Köksal, Ingram menceritakan dia telah mengambil lebih dari 8.000 foto anjing laut sejauh ini. Mereka telah mengunggah 1.250 di antaranya ke SealNet.

Dia dan timnya memotret hewan-hewan tersebut dari perahu menggunakan kamera jarak jauh, karena mematuhi peraturan federal dengan menjaga jarak 50 meter dari mamalia laut.

"Kesulitannya adalah Anda tidak dapat memanipulasi mereka. Jadi Anda harus menunggu sampai mereka benar-benar melihat Anda jika Anda menginginkan gambar depan yang utuh," kata Ingram.

"Jadi salah satu hal yang sedang kami kerjakan adalah menggunakan beberapa teknologi drone baru untuk memungkinkan kami bermanuver dengan lebih mudah, untuk mendapatkan setiap wajah dari setiap anjing laut di atas batu itu," imbuhnya.

Melansir CBC, Senin, 5 Desember, temuan yang dipublikasikan dalam jurnal Ecology and Evolution ini, dikatakan Ingram melacak pergerakan anjing laut adalah kunci perencanaan konservasi.

Secara tradisional, para ilmuwan mengikuti pergerakan anjing laut dan mamalia laut lainnya menggunakan pelacak satelit. Tetapi teknologi pengenalan wajah dapat memberikan data yang lebih cepat, lebih murah, dan lebih akurat dengan teknik non-invasif.

"Ketika kita berpikir tentang kebijakan konservasi, kita benar-benar membutuhkan, pada intinya, jenis data biologis mendasar tentang ukuran populasi," kata Ingram.

Itu termasuk memahami pola migrasi anjing laut, dengan kata lain, seberapa sering mereka kembali ke tempat yang sama.

"Satu masalah yang kita miliki dengan anjing laut adalah mengamati individu dan apa yang mereka lakukan selama musim panas atau selama bertahun-tahun, itu membutuhkan banyak waktu. Dan metode yang kami gunakan selama beberapa dekade terakhir sangat mahal dan memakan waktu," jelas Ingram.

"Kami membawa biologi konservasi ke abad ke-21 dengan menggunakan jenis teknologi ini untuk mempercepat proses itu dan mengotomatiskan berbagai hal sehingga kami bisa mendapatkan jenis data itu jauh lebih cepat," sambungnya.

Langkah selanjutnya, Ingram dan timnya akan meningkatkan akurasi SealNet. Mereka juga berencana untuk menawarkannya kepada orang lain secara gratis.

"Kami benar-benar ingin teknologi ini dapat diakses oleh para peneliti di seluruh dunia yang mungkin atau mungkin tidak memiliki banyak, Anda tahu, latar belakang ilmu komputer," tutur Ingram.

Bekerja sama dengan FruitPunch, sebuah perusahaan intelijen buatan Belanda, mereka akan meningkatkan beberapa aspek SealNet guna mendorong penggunaan yang lebih luas.

Terakhir, Ingram berharap SealNet pada akhirnya akan digunakan untuk melacak anjing laut biarawan Hawaii dan anjing laut biarawan Mediterania, keduanya kini terancam punah.