Anjing Laut Bantu Peneliti Jepang Kumpulkan Data di Bawah Es Antartika
Ilustrasi anjing laut di Antartika. (Wikimedia Commons/Gilad Rom)

Bagikan:

JAKARTA - Seekor anjing laut yang dipakaikan helm dengan antena mungkin terlihat tidak biasa, tetapi delapan anjing laut Weddell, masing-masing dengan perangkat pemantau 580g di kepala mereka, telah membantu peneliti Jepang mensurvei perairan di bawah lapisan es tebal di Antartika.

Dilibatkan untuk proyek penelitian antara Maret dan November 2017, musim dingin di Antartika, anjing laut ini dilengkapi dengan sensor konduktivitas, suhu, dan kedalaman yang dipasang di kepala, yang memungkinkan para ilmuwan mengumpulkan data pengamatan, seperti suhu air dan kadar garam, di daerah dengan kondisi lingkungan yang sangat keras.

Pemimpin proyek Nobuo Kokubun mengatakan, penelitian semacam itu membantu para ilmuwan melacak pola perilaku dan ekologi hewan.

"Selama musim panas, kita bisa pergi ke Antartika dengan kapal pemecah es untuk melakukan kegiatan penelitian yang sebenarnya, sehingga kita bisa mengumpulkan data di sana. Tapi selama musim dingin, hal seperti itu tidak bisa dilakukan di banyak tempat," ujarnya seperti mengutip Reuters 1 Maret.

"Namun, bahkan dalam situasi seperti itu, banyak hewan seperti anjing laut yang hidup di wilayah Antartika, jadi saya pikir kami harus meminta mereka mengumpulkan datanya," tambah Kokubun.

Data yang berhasil dikumpulkan dari tujuh anjing laut menunjukkan, salah satu dari mereka telah melakukan perjalanan sejauh 633km (393 mil) dari pantai Stasiun Showa Jepang di Antartika. Sementara yang lain turun ke kedalaman 700m (2.297 kaki).

Kokubun mengatakan, para ilmuwan juga belajar dari data bahwa air laut hangat dari lapisan atas di laut terbuka, mencapai Antartika dari Maret hingga musim dingin tahun itu. Air mengalir di bawah es, membawa makhluk laut seperti krill Antartika, sumber makanan utama bagi anjing laut.

Bertujuan untuk meneliti lebih lanjut dampak pemanasan global di wilayah pesisir Antartika, Kokubun selanjutnya berharap untuk membuat perangkat yang cukup kecil untuk muat pada hewan lain di Kutub Selatan seperti penguin.

"Kelebihannya dengan penguin adalah mereka kembali ke tempat yang sama dan kami dapat mengumpulkan data dari mereka dengan segera. Selain itu, kami dapat menggunakan perangkat pada penguin dalam jumlah besar sehingga dapat mencakup area yang luas," pungkasnya.