JAKARTA – Bursa kripto terbesar di dunia berdasarkan volume perdagangannya, Binance, baru-baru ini dilaporkan menghapus perdagangan kripto Serum (SRM) dengan alasan protokol DEX itu terafiliasi idengan perusahaan kripto yang bangkrut, FTX.
Dengan keputusan tersebut pasangan perdagangan (trading pair) SRM/BTC, SRM/USDT, dan SRM/BNB tidak dapat dilakukan lagi di platform Binance. Tidak hanya dengan FTX, SRM juga dilaporkan terkait dengan perusahaan rekanan FTX yakni Alameda Research.
Binance secara resmi mengumumkan informasi tersebut pada Jumat 25 November lalu. Dalam pengumuman, Binance tidak hanya menghapus perdagangan SRM tapi juga aset kripto lain termasuk BTCST dan token protokol Gifto, GTO. Rencananya Binance bakal menghapus 16 trading pair mulai hari ini, Senin 28 November 2022.
“Pengguna sangat disarankan untuk memperbarui strategi perdagangan mereka sebelum penghentian layanan perdagangan strategi untuk menghindari potensi kerugian,” tulis pengumuman Binance.
Selain itu, Binance juga menangguhkan sementara setoran untuk USDT dan USDC berbasis Solana Kamis lalu, dan sejauh ini hanya melanjutkan setoran USDC.
Sebagai informasi tambahan, Serum adalah protokol pertukaran terdesentralisasi di jaringan Solana yang dibuat oleh konsorsium termasuk FTX, Alameda Research, dan Solana Foundation. Token aslinya, SRM, pemegang token mendapat diskon biaya saat menggunakan protokol, di samping hak tata kelola.
Awal bulan ini, baik FTX dan Alameda mengajukan kebangkrutan dan membekukan penarikan untuk hampir semua rekanan. Sementara itu, Solana Foundation mengungkapkan pada hari Senin bahwa saat ini memiliki 134,54 juta token yang terperangkap di bursa. Sejak masalah penarikan FTX yang dimulai pada 6 November, SRM telah jatuh dari 0,80 dolar menjadi 0,27 dolar AS pada waktu penulisan.
- https://voi.id/teknologi/230852/bos-binance-dunia-lebih-baik-mengatur-kripto-daripada-memeranginya
- https://voi.id/teknologi/230232/rugi-rp2-3-triliun-di-ftx-sequoia-capital-minta-maaf-kepada-investor
SRM Tidak Terdesentralisasi
Kondisi ini menegaskan ketidakpastian yang menyatakan bahwa Serum adalah proyek terpusat alias tidak terdesentralisasi karena dikendalikan oleh FTX. Menurut salah satu pendiri Mango Markets, Max Schneider, kunci pembaruan program Serum terhubung ke FTX, bukan SRM DAO.
Sebelumnya, FTX sempat diretas oleh pihak yang tidak dikenal tak lama setelah kebangkrutannya. Sementara pihak regulator Bahama mengindikasikan peretasan itu dilakukan oleh “orang dalam” FTX itu sendiri.
Selain itu, pendiri Solana Anatoly Yakovenko juga menyatakan hal senada beberapa pekan yang lalu. Dia memaparkan bahwa pengembang yang bergantung pada Serum bergabung untuk "fork" program sebagai tanggapan.
"Ini tidak ada hubungannya dengan SRM atau bahkan Jump," katanya, mengacu pada divisi kripto Jump yang mengambil bagian dalam gerakan tersebut. "Satu ton protokol bergantung pada pasar Serum untuk likuiditas dan likuidasi," kata Yakovenko dikutip dari CryptoPotato.
Di sisi lain, bursa kripto FTX dilaporkan memiliki token SRM senilai 5,4 miliar dolar AS yang terdaftar sebagai aset neraca pada 10 November, sebagaimana yang dipaparkan Financial Times.
Oleh karena itu, berbagai proyek keuangan terdesentralisasi (DeFi) menjauh dari proyek SRM dengan menonaktifkan layanan aset itu. Platform bursa kripto terdesentralisasi (DEX) Jupiter telah mengumumkan pada 12 November bahwa pihaknya menonaktifkan Serum sebagai sumber likuiditas. Jupiter mengungkapkan alasannya “karena masalah keamanan terkait otoritas peningkatan.”
Kendati begitu, saat ini token SRM diperdagangkan di harga Rp3.907 per token. Harga SRM anjlok 6,3 persen dalam 24 jam terakhir menurut laporan data Coingecko.