Fakta yang Tidak Seharusnya Kamu Tahu Tentang Bangkrutnya FTX
Fakta FTX bangkrut. (Foto; Dok. Coin98)

Bagikan:

JAKARTA – Perusahaan perdagangan kripto terkemuka yang bangkrut, FTX, menjadi sorotan masyarakat global karena tidak hanya merugikan para penggunanya tapi juga berdampak negatif ke berbagai perusahaan terkemuka, termasuk kapital ventura Temasek dan Sequoia Capital. Di sisi lain, pendiri FTX Sam Bankman-Fried selaku pemimpin persusahaan hingga saat ini belum diproses secara hukum.

Banyak spekulasi beredar mengenai hubungan FTX dengan berbagai entitas lain, baik di industri kripto maupun pemerintahan. Meski begitu, tidak sedikit fakta yang terungkap terkait penyebab hancurnya bursa kripto tersebut. Salah satunya adalah tidak adanya sistem kontrol keuangan perusahaan.

Berikut ini fakta tentang FTX yang jarang diketahui publik:

  1. Tidak Memiliki Kontrol Pengeluaran

Menurut laporan, bagian dari pengajuan sepanjang 30 halaman mengungkapkan bahwa FTX Group tidak memiliki sistem kontrol pengeluaran yang tepat. Para karyawan mengajukan permintaan pengeluaran melalui obrolan online sementara para penyelia dan manajer menyetujuinya dengan emoji yang dipersonalisasi.

  1. Keputusan Lewat Chat

Sebagian besar keputusan dibuat melalui obrolan, dan pendiri FTX dan mantan CEO Sam Bankman-Fried (SBF) dilaporkan mendorong karyawan untuk menggunakan aplikasi yang secara otomatis menghapus pesan setelah beberapa saat. Oleh karena itu, tidak adanya catatan pengambilan keputusan yang bertahan lama.

  1. Tidak Memiliki Sistem Manajemen Keuangan

FTX tidak memiliki sistem manajemen kas; karenanya, perusahaan tidak mengetahui jumlah uang tunai yang ada pada waktu tertentu. Kurangnya sistem kontrol kas terpusat berarti perusahaan tidak memiliki daftar akurat rekening bank dan penandatangan rekeningnya. Juga, bursa tidak memperhatikan kelayakan kredit dari mitra perbankannya.

  1. Dana Simpanan Pengguna Tidak Dicatat

Selain itu, aset kripto yang disimpan oleh pelanggan tidak dicatat di neraca, dan pada saat kebangkrutan, saldo aset tersebut tidak disajikan.

  1. FTX Simpan Data Pribadi Pelanggan Lewat Email

Perusahaan-perusahaan FTX Group menyimpan kunci pribadi untuk aset pelanggan dalam akun email grup tanpa jaminan. Perusahaan juga menggunakan "software untuk menyembunyikan penyalahgunaan dana pelanggan."

  1. Aset Perusahaan Dikendalikan oleh Pendiri

Analisis yang lebih dalam mengungkapkan bahwa aset-aset digital perusahaan dikendalikan oleh SBF dan salah satu pendirinya, Gary Wang.

  1. Tidak Ada Rapat Dewan

Sebagian besar entitas dalam FTX Group, khususnya yang berada di Antigua dan Bahama, memiliki struktur tata kelola yang tidak tepat. Khususnya, sebagian besar tidak pernah mengadakan rapat dewan.

  1. FTX Tidak Punya Catatatan Karyawan

Kerajaan yang bangkrut juga tidak memiliki catatan yang tepat tentang para karyawannya. Baik karyawan maupun kontraktor tidak memiliki catatan yang jelas tentang durasi kerja dan tanggung jawab. Upaya untuk menyusun daftar semua karyawan gagal karena banyak dari mereka tidak dapat ditemukan.

  1. Dana Konsumen Digunakan untuk Beli Properti

Menariknya, dana perusahaan digunakan untuk membeli rumah dan properti pribadi untuk beberapa karyawan top tanpa dokumentasi yang tepat. Properti-properti itu juga dibeli atas nama para karyawan.

Melansir CryptoPotato, pinjaman pihak terkait di perusahaan saudara Alameda Research terdiri dari pinjaman sebesar 1 miliar dolar AS, 543 juta dolar, dan 55 juta dolar untuk SBF, eksekutif puncak FTX Nishad Singh, dan co-CEO Ryan Salame, masing-masing. Laporan sebelumnya juga mengklaim bahwa SBF menarik 300 juta dolar dari 420 juta dolar AS yang dikumpulkan FTX pada Oktober 2021 selama bull run pada tahun lalu.