United Airlines Gabung dengan Perusahaan Lain Hentikan Iklan di Twitter, Elon Musk Akui Pendapatan Turun!
Ilustrasi Photo Twitter (Sara / Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - United Airlines bergabung dengan perusahaan lainnya untuk menangguhkan iklan mereka di Twitter, diklaim karena khawatir atas arahan baru media sosial itu di bawah pemiliknya Elon Musk.

Maskapai penerbangan utama Amerika Serikat (AS) itu mengonfirmasi kepada Reuters kemarin, dimana perusahaan telah menangguhkan pengeluaran iklan di Twitter.

Langkah United Airlines ini bergabung dengan perusahaan seperti produsen makanan multinasional General Mills, pembuat mobil Audi, dan raksasa farmasi Pfizer untuk menghentikan iklan Twitter mereka saat era Musk dimulai.

Laporan dari Bloomberg juga mengatakan, Microsoft, HBO, dan Verizon tengah menimbang langkah serupa. Namun, mereka masih menunggu dan melihat bagaimana Twitter di bawah kepemimpinan Musk.

Lebih dahulu pada minggu lalu tak lama usai Musk mengambil alih Twitter, General Motors (GM) sebagai pesaing Tesla yang juga dimiliki Musk, menyatakan akan menjeda iklan karena ingin mengevaluasi arah baru Twitter.

Namun, GM masih akan terus menggunakan platform untuk berinteraksi dengan pelanggan tetapi tidak membayar untuk iklan.

“Kami terlibat dengan Twitter untuk memahami arah platform di bawah kepemilikan baru mereka. Seperti halnya bisnis normal dengan perubahan signifikan pada platform media, kami telah menghentikan sementara iklan berbayar kami," ungkap GM kepada CNBC Internasional beberapa waktu lalu.

"Interaksi layanan pelanggan kami di Twitter (tetap) akan berlanjut,” imbuhnya.

Lebih lanjut, menanggapi aksi para pengiklan ini, dikutip dari NBC News, Musk menyatakan, "Twitter mengalami penurunan besar dalam pendapatan," tweet Musk.

Di samping itu, Musk juga menyalahkan kelompok aktivis yang katanya menekan para pengiklan, "Sangat kacau! Mereka mencoba menghancurkan kebebasan berbicara di Amerika," tambah Musk.

Sebagai informasi, sebuah kelompok yang terdiri dari 60 kelompok hak-hak sipil dan masyarakat sipil, termasuk NAACP dan Anti-Defamation League, meluncurkan situs web, StopToxicTwitter.com.

Situs itu mendesak merek-merek besar untuk menghentikan iklan di Twitter. Namun, tidak ada bukti bahwa perusahaan atau grup periklanan telah bertindak sebagai tanggapan atas kampanye tersebut.