Eropa Memanas Lebih Cepat dari Negara Lain, Picu Cuaca Ekstrem
Image Credit: Ilustrasi Foto Es Mencair (NOAA / Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Eropa dilaporkan memanas lebih cepat daripada wilayah lain mana pun di dunia, dan hal ini memicu cuaca ekstrem.

Menurut laporan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), suhu di Eropa telah meningkat lebih dari dua kali rata-rata global selama 30 tahun terakhir, pada tingkat sekitar 0,5 derajat Celcius per dekade.

"Eropa menyajikan gambaran langsung dari dunia yang memanas dan mengingatkan kita bahwa masyarakat yang siap sekalipun tidak aman dari dampak peristiwa cuaca ekstrem," ungkap sekretaris jenderal WMO Petteri Taalas dalam keterangannya.

Dari tahun ke tahun hingga Juli, jumlah kebakaran hutan di Uni Eropa meningkat empat kali lipat dari rata-rata 15 tahun. Gelombang panas yang mematikan dan memecahkan rekor di Inggris mengganggu kesehatan masyarakat dan merusak infrastruktur.

Kekeringan yang luar biasa juga melanda benua itu musim panas ini, di mana sungai yang paling penting secara ekonomi di dunia ikut mengering.

Dalam laporan WMO, di 2021 merupakan tahun terakhir dimana lebih dari setengah juta orang terkena dampak langsung peristiwa cuaca yang dipicu oleh perubahan iklim. Cuaca ekstrem menyebabkan kerusakan ekonomi melebihi 50 miliar dolar AS setara Rp786 triliun.

Melansir CNN Internasional, Sabtu, 5 November, pemanasan yang dipercepat juga telah menyebabkan gletser Alpine kehilangan ketebalan es 30 meter dari 1997 hingga 2021.

"Tahun ini seperti 2021, sebagian besar Eropa telah dipengaruhi oleh gelombang panas dan kekeringan yang luas, memicu kebakaran hutan. Pada tahun 2021, banjir yang luar biasa menyebabkan kematian dan kehancuran,” jelas Taalas.

Sebagai informasi, sejak 1991, suhu di Eropa telah meningkat dua kali lebih cepat dari suhu rata-rata global. Itu membawa perubahan cuaca yang ekstrem, dari banjir yang menghancurkan hingga gelombang panas yang mematikan.

Sejak pertengahan 1800-an, ketika ekonomi mulai mencemari atmosfer dengan membakar sejumlah besar bahan bakar fosil, suhu rata-rata global telah meningkat sebesar 1,2 derajat Celcius. Tapi daratan Eropa rata-rata sudah sekitar 2 derajat lebih hangat, dibandingkan dengan era praindustri.

Untungnya, Uni Eropa telah berhasil mengurangi emisi gas rumah kaca yang memanaskan planet sebesar 31 persen antara 1990 dan 2020.

Tetapi menurut Taalas, pengurangan polusi yang lebih dalam perlu dilakukan lebih cepat untuk mencegah perubahan iklim yang lebih parah.