JAKARTA - Kyndryl, penyedia layanan infrastruktur TI terbesar di dunia, mengumumkan temuan baru dari ‘Kyndryl ASEAN Digital Transformation Study 2022’ yang baru saja diluncurkan, bekerja sama dengan perusahaan riset dan penasihat teknologi, Ecosystem.
Studi ini bertujuan untuk menguraikan prioritas bisnis utama dan tren teknologi di perusahaan ASEAN, termasuk tujuan keberlanjutan mereka.
Lima ratus pemimpin C-level di seluruh ASEAN berpartisipasi dalam studi ini. Terlepas dari fokus yang lebih besar pada keberlanjutan, organisasi masih kekurangan strategi holistik dan bergulat dengan cara mengintegrasikan data mereka untuk menetapkan target berbasis sains, sambil menavigasi tantangan eksternal seperti peraturan yang lebih ketat.
Beberapa insight utama dari studi yang menyoroti keadaan organisasi berkelanjutan di ASEAN meliputi:
Data adalah Tantangan Utama untuk Inisiatif Keberlanjutan
Studi ini menemukan bahwa hambatan utama untuk proyek keberlanjutan di ASEAN adalah, 60 persen biaya operasional, 55 persen ketersediaan data, dan 50 persen kurangnya sumber daya khusus.
Di dunia yang didorong oleh data saat ini, sangat mungkin bahwa organisasi memiliki akses ke data yang diperlukan untuk upaya keberlanjutan mereka.
Namun, sering kali hal ini tidak terintegrasi dalam keseluruhan strategi data mereka yang membantu mengidentifikasi kumpulan data yang tepat, mengumpulkan data yang diperlukan di semua operasi, dan telah menyematkan analitik untuk insight yang tepat.
BACA JUGA:
Industri Media & Telekomunikasi Lebih Maju
Ketika inisiatif keberlanjutan belum cukup matang, beberapa industri memimpin dengan menggunakan strategi mereka, terutama untuk inisiatif mereka.
Media-Telekomunikasi serta Energi-Utilitas misalnya, adalah salah satu industri yang paling matang mengingat insentif untuk mengadopsi praktik berkelanjutan berkaitan dengan biaya dan untuk kelangsungan hidup di masa depan.
Industri yang telah memulai langkah-langkah kecil yang ramah lingkungan juga telah menemukan beberapa keberhasilan awal dan termasuk industri Ritel di mana telah ada fokus pada pengurangan penggunaan plastik dalam kemasan dan pengadaan secara lokal untuk mengurangi jejak karbon.
“Studi ini menyoroti bagaimana kekurangan data secara konsisten bisa menghambat perencanaan keberlanjutan sebuah organisasi,” kata Ullrich Loeffler, CEO Ecosystm dalam rilis yang diterima di Jakarta.
Karena ASEAN diprediksi menjadi ekonomi terbesar keempat di dunia pada tahun 2030, Sean Lee, Managing Director, Kyndryl Indonesia mengatakan bahwa ada tanggung jawab besar bagi bisnis di kawasan ini untuk menyeimbangkan keharusan jangka panjang dari masa depan yang bebas emisi karbon (net-zero future) dengan kebutuhan jangka pendek untuk menjaga bottom line-nya.
“Saya sangat percaya bahwa keberhasilan keberlanjutan terletak pada seberapa baik suatu organisasi dapat mengintegrasikan orang, proses, dan teknologinya untuk mencapai tujuan bersama,” tambahnya.