Bagikan:

JAKARTA - Perusahaan solusi ERP yang berbasis di Asia Tenggara, HashMicro, telah membuktikan eksistensinya dalam pertarungan industri teknologi, serta dinobatkan sebagai pemain utama dalam hal penyediaan ERP di kawasan Asia Pasifik oleh Allied Market Research.

Apa sajakah taktik yang diterapkan HashMicro, sehingga dapat menaklukkan pasar Asia Pasifik dan menyandang gelar "Asian-Born Tech Giant"?

Ada beberapa indikator yang harus ada pada sebuah perusahaan, sehingga dapat dijuluki sebagai "Emerging Giants" di kawasan Asia Pasifik menurut insight dari KPMG. Beberapa indikator tersebut mencakup seberapa advance teknologi yang diterapkan di perusahaan tersebut, penerapan hyper localization, pengaruhnya dalam industri tertentu, pemberdayaan karyawan serta budaya perusahaan yang baik.

Lusiana Lu, selaku Business Development Director HashMicro membagikan cerita bagaimana HashMicro memenuhi kategori tersebut. Dalam hal penerapan teknologi, sebagai sebuah perusahaan software, HashMicro mewujudkan indikator pertama tersebut melalui R&D (research and development) teknologi yang masif

Pada umumnya semakin besar sebuah perusahaan, semakin tinggi valuasinya, maka akan semakin terjadi penurunan pada indeks R&D. Namun hal demikian tidak berlaku pada HashMicro.

"HashMicro, sejak berdiri di tahun 2015 di Singapura, mengutamakan R&D guna memastikan produk sesuai dengan kebutuhan market. Sampai sekarang intensitasnya tidak berubah dan manajemen selalu mengalokasikan minimal 30 persen dari pendapatan perusahaan setiap tahunnya untuk memastikan indeks R&D tetap baik," ungkap Lusiana dalam keterangan tertulis, dikutip Selasa 22 November.

Hasilnya, HashMicro mampu mengungguli kompetitor karena fitur yang dihadirkan lebih sesuai dengan kebutuhan perusahaan kliennya dan mengikuti tren di industri-industri terkait.

Selanjutnya, hal lain yang membuat HashMicro menjadi superior dibandingkan penyedia ERP lain adalah karena HashMicro sudah menerapkan prinsip hyper localization. Biasanya, perusahaan-perusahaan ERP lain, terutama yang asalnya dari Eropa dan Amerika, cenderung mempertahankan sistem yang masih rigid dan kompleks yang notabenenya dibuat untuk perusahaan di negara tersebut.

"Akibatnya, perusahaan-perusahaan Asia yang cenderung memiliki karakteristik yang berbeda, sulit untuk fit in dalam penggunaan sistem," terang Lusiana.

HashMicro hadir untuk menyederhanakan proses bisnis dengan fitur-fitur yang terlokalisasi, tampilan sistem yang mudah dipahami sekalipun tanpa pengetahuan IT yang mendalam, implementasi peraturan pemerintah lokal, serta terintegrasi dengan badan pemerintahan untuk pelaporan.

Di indikator ketiga dari produk yang disediakan, HashMicro juga menyediakan produk yang lebih beragam dalam berbagai disiplin industri dibandingkan perusahaan lainnya yang juga bergerak dalam bidang yang sama.

Sebut saja, Hash Mining untuk jenis industri pertambangan, Hash Manufacturing Automation yang dapat menunjang produktivitas pabrik, Hash Trading & Distribution yang dapat mempermudah pengelolaan dan distribusi barang, Hash Startup Suite yang akan sangat berguna untuk manajemen bisnis perusahaan-perusahaan rintisan agar lebih berkembang, hingga Smart Agriculture Solution yang dapat digunakan untuk peningkatan produktivitas pangan, khususnya Indonesia.

"Saat proses R&D sistemnya, HashMicro memiliki beberapa pertimbangan seperti jenis industri, business size, dan budaya kerja di region yang berbeda-beda. Faktor-faktor tersebut berpengaruh terhadap proses bisnis dan bagaimana sistem ERP bisa mendukung proses bisnis tersebut," ujar Lusiana.

"Sistem ERP yang mengklaim one-size-fits-all belum tentu ideal, terutama untuk perusahaan besar yang memerlukan upaya besar untuk mengubah proses bisnis dan menyesuaikan dengan sistem," imbuhnya.

Terakhir, Lusiana Lu menyampaikan bahwa, kunci dari keberhasilan HashMicro sebagai emerging giants di Asia Pasifik adalah SDM yang terkelola dengan baik. Tidak seperti perusahaan IT lain yang identik dengan investor dan bakar uang, HashMicro tidak memiliki beban untuk membagikan keuntungannya secara cepat, sehingga perusahaan bisa fokus untuk pengembangan yang sustainable dan tidak pernah melalui pivoting yang ekstrem.

"Meskipun pada umumnya perusahaan teknologi dituntut untuk fast-paced, HashMicro tetap menerapkan SOP dan development plan yang tertata dalam manajemennya. Selain mengerjakan proyek-proyek, karyawan memiliki ruang untuk mengembangkan diri dan difasilitasi oleh perusahaan," tutup Lusiana.

Setelah lebih dari tujuh tahun berdiri, HashMicro kini memiliki beberapa kantor operasional dan pusat pengembangan di Singapura, Indonesia, Vietnam, dan India. Dalam waktu dekat, perusahaan ini juga akan mulai beroperasi di Filipina, Malaysia, dan Thailand.