Bagikan:

JAKARTA - Menghadapi  Revolusi Industri 4.0 yang kian cepat, setiap pelaku industri dituntut untuk dapat melakukan adaptasi dan transformasi di berbagai sektor manufaktur. 

Mengutip dari laporan studi terbarunya "Transformasi Menuju Manufaktur Digital Indonesia yang Produktif dan Kompetitif", Shaun Djuhari selaku Senior Management Consultant di Kearney, menjelaskan lebih dalam terkait isu dan strategi  berbasis transformasi digital di sektor perindustrian.

Menurutnya, tingkat daya saing Indonesia dalam lingkup perindustrian mulai dirampas akibat adanya unsur produktivitas yang stagnan, serta minimnya adopsi teknologi berbasis inovasi digital. 

Shaun turut menganalisa bahwa ada empat faktor kesuksesan  yang dimiliki negara perindustrian terdepan di dunia, di antaranya China, Jerman, Korea Selatan, dan Vietnam. 

“Semua negara percontohan yang telah kami tinjau mempunyai Service Model, Digital Industry Foundation, Digital Ecosystem, dan sistem pemerintahan yang sangat canggih. Dengan melihat dan meniru tentang bagaimana negara tetangga telah melakukannya, kami yakin Indonesia bisa menjadi Manufacturing Powerhouse lagi," kata Shaun dalam pernyataan yang diterima di Jakarta.

Negara maju lainnya juga mengadopsi teknologi Revolusi Industri 4.0 secara  ekstensif dengan memanfaatkan sensor Internet of Things (IoT), Artificial Intelligence (AI), dan menerapkan robot industri di pabrik-pabrik mereka. 

"Contohnya, perusahaan Fujitsu yang menggunakan  sensor IoT di pabriknya, mampu meminimalisir beban waktu produksi sebesar 80 persen," tambah Shaun.

Tidak hanya itu, pemain besar di industri otomotif, BMW, turut mengadopsi teknologi Supply Chain Management berbasis AI untuk memprediksi permintaan inventori sehingga mampu mengurangi biaya logistik ke pabrik mereka di China sebesar 70 persen, dan Volkswagen yang sukses menerapkan robotik terkini di pabriknya, juga berhasil mencapai efektivitas pemotongan biaya hingga 87 persen.

Kearney mengajak pemain-pemain industri untuk bergabung bersama dengan melaksanakan dua program utama, yaitu Restrukturisasi Portofolio Manufaktur berbasis High-Tech dan Akselerasi 4IR (Revolusi Industri 4.0). 

Menurut Shaun, Indonesia dapat membuat produk bernilai tinggi seperti alat ICT, kendaraan elektrik (EV), industrialisasi baterai, energi terbarukan, chip komputer, bioteknologi, serta alat medis. Lebih jauh, penggunaan teknologi 4IR seperti IoT, AI, robotik dan alat serupa juga harus diimplementasikan di pabrik-pabrik lokal.