JAKARTA – Serangan siber bertubi-tubi mengancam keamanan data di Australia. Perusahaan telekomunikasi terbesar Australia Telstra Corp Ltd menyatakan pada Selasa 4 Oktober bahwa pihaknya telah mengalami pelanggaran data kecil akibat serangan siber. Pengumuman ini muncul dua minggu setelah saingan utamanya Optus juga diguncang oleh serangan siber besar-besaran.
Telstra, yang memiliki 18,8 juta akun pelanggan setara dengan tiga perempat populasi Australia, mengatakan intrusi organisasi pihak ketiga telah mengekspos beberapa data karyawan sejak tahun 2017.
Menurut media lokal, email staf internal Telstra menyebutkan jumlah karyawan saat ini dan mantan karyawan yang terkena dampak adalah 30.000 orang.
“Data yang diambil "sangat mendasar", hanya terbatas pada nama dan alamat email,” kata juru bicara perusahaan dalam sebuah pernyataan yang dikutip Reuters.
"Kami percaya itu telah tersedia sekarang dalam upaya untuk mengambil untung dari pelanggaran Optus," kata juru bicara itu tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Telstra tidak mengomentari jumlah orang yang terkena dampak atau kapan pelanggaran itu terjadi, namun mengatakan itu hanya mempengaruhi staf saat ini dan mantan stafnya.
Sektor telekomunikasi, keuangan, dan pemerintah Australia telah berada dalam siaga tinggi sejak Optus mengungkapkan pada 22 September bahwa pelanggaran sistemnya yang mungkin telah membahayakan hingga 10 juta akun orang. Data yang diekspos termasuk alamat rumah, SIM, dan nomor paspor.
Pemilik Optus Singapore Telecommunications Ltd mengatakan sedang menilai potensi biaya serangan, sementara firma hukum mempertimbangkan gugatan class action.
BACA JUGA:
Pemerintah Australia, yang percaya bahwa pelanggaran itu disebabkan oleh celah keamanan dasar, terus mengecam Optus karena menggambarkan serangan itu sebagai serangan yang canggih dan karena keterlambatan dalam memperbarui pelanggan yang terpengaruh.
"Manajemen senior Optus bercanda jika mereka menginginkan medali untuk cara mereka berkomunikasi," kata Menteri Layanan Pemerintah Bill Shorten kepada wartawan, Selasa, 4 Oktober. "Bahkan buaya pun tidak akan menelannya."
Seorang juru bicara Optus menolak mengomentari pernyataan Shorten, tetapi mengatakan perusahaan bekerja secepat mungkin untuk memberikan pembaruan yang akurat kepada pelanggan yang terkena dampak.