Pengacara Twitter Klaim Data yang Diajukan Elon Musk tentang Akun Palsu Tak Disertai Bukti Kuat
Elon Musk dan ATwitter kembali melakukan pertarungan di pengadilan. (foto: tangkapan layar/ary)

Bagikan:

JAKARTA – Pertarungan antara Elon Musk dan Twitter Inc, kembali terbuka. Pengacara media sosial itu menyatakan jika tuduhan CEO Tesla itu terhadap akun palsu di Twitter yang jauh lebih tinggi dari 5 Twitter, disebut tidak didasari fakta yang akurat.

Hal ini dikatakan oleh pengacara Twitter, kepada hakim pada Selasa, 27 September.   Padahal Musk menjadikan tuduhan itu sebagai salah satu alasannya untuk mengakhiri perjanjian akuisisi platform microblogging itu sebesar 44 miliar dolar AS (Rp659 triliun) pada Juli lalu.

Pengacara Twitter menyampaikan kepada hakim di pengadilan Delaware, bahwa dokumen yang diperoleh dari dua ilmuwan data yang dipekerjakan oleh Musk  menunjukkan bahwa mereka memperkirakan jumlah akun palsu di platform sebesar 5,3% hingga 11%.

"Tidak satu pun dari analisis ini, sejauh yang kami tahu, mendukung apa yang dikatakan Musk kepada Twitter dan diumumkan dalam surat penghentian (akuisisi)," kata pengacara Twitter, Bradley Wilson, seperti dikutip Reuters.

Sementara Musk dan pengacaranya tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Reuters tentang laporan itu.

Musk dan Twitter terjebak dalam pertarungan pengadilan dan Twitter sedang mencari perintah yang yang mengarahkan Musk untuk menutup kesepakatan pembelian Twitter sebesar 54,20 dolar AS per saham. Saham Twitter berakhir pada perdagangan Selasa di angka 42,09 dolar AS atau naik 1,4%.

Musk setuju pada April lalu untuk membeli Twitter seharga 44 miliar dolar AS tetapi dalam beberapa minggu mengeluhkan jumlah akun bot jauh lebih tinggi daripada perkiraan Twitter yang menyatakan kurang dari 5% pengguna.

Pada 8 Juli Musk mengatakan angka sebenarnya "sangat lebih tinggi" dan bahwa Twitter telah menyesatkannya, yang memungkinkan dia untuk menghentikan akuisisi tanpa penalti dari kesepakatan yang sudah terjadi.

Wilson mengemukakan laporan oleh ilmuwan data selama sidang di mana kedua belah pihak meminta hakim untuk memerintahkan pihak lain untuk menyerahkan lebih banyak pesan atau dokumen.

Pada Selasa lalu, pemberitahuan pengadilan mengatakan deposisi Musk sedang dijadwal ulang dari minggu ini menjadi 6-7 Oktober. Deposisi Musk diharapkan menjadi bagian penting dari litigasi. Dalam kesaksian masa lalu, dia telah membuat pernyataan agresif di bawah sumpah.

Brian Quinn, seorang profesor di Boston College Law School, mengatakan bahwa waktu deposisi itu penting, dan Twitter mungkin lebih baik menunda pemanggilan Musk sebagai saksi hingga semua data terkumpul.

"Anda akan menunda saksi terbaik Anda untuk akhir persidangan, sebanyak mungkin, sehingga Anda memiliki semua penemuan," kata Quinn.