Laporan Peiter Zatko Mengagetkan, Twitter  Pekerjakan Agen China yang Bisa Ambil Data Warga AS
Peiter "Mudge" Zatko bersakdi di hadapan Senat AS. (foto: dok. Reuters)

Bagikan:

JAKARTA – Twitter akhir-akhir ini  seperti terjepit berbagai masalah. Apalagi setelah munculnya laporan whistleblower  yang juga mantan eksekutif Twitter Inc yang menunjukkan bahwa perusahaan media sosial itu memiliki informasi tentang setidaknya ada satu agen China yang bekerja di perusahaan  tersebut.

Laporan yang mengagetkan itu pertama kali muncul dari Senator AS Chuck Grassley. Ia mengatakan hal tersebut dalam sambutan pembukaannya selama sidang Senat pada Selasa, 13 September yang menampilkan kesaksian dari pelapor, Peiter Zatko.

Zatko yang dikenal julukan "Mudge" adalah seorang peretas terkenal yang menjabat sebagai kepala keamanan Twitter hingga dipecat tahun lalu. Ia mengatakan selama persidangan bahwa beberapa karyawan Twitter khawatir bahwa pemerintah China akan dapat mengumpulkan data tentang pengguna perusahaan.

Dia merujuk pada berita Reuters pada Selasa lalu yang merinci bentrokan internal antara beberapa tim yang ingin memaksimalkan peluang pendapatan iklan dari pengiklan China dan tim lainnya yang khawatir melakukan bisnis di dalam China, di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik.

"Ini adalah teka-teki internal yang besar," kata Zatko, seraya menambahkan bahwa perusahaan itu enggan berpaling dari China sebagai pasar luar negeri yang tumbuh paling cepat untuk pendapatan iklan.

"Singkatnya, jika kita sudah di tempat tidur, akan bermasalah jika kita kehilangan aliran pendapatan itu," katanya, seperti dikutip Reuters.

Pengungkapan dari sang whistleblower telah mencatat bahwa Biro Investigasi Federal (FBI) AS telah memberi tahu Twitter setidaknya ada satu agen China di dalam perusahaan seperti dikatakan oleh Grassley dalam pernyataan pembukaannya.

Zatko mengatakan pada Selasa lalu bahwa dalam seminggu sebelum dia dipecat dari Twitter, dia mengetahui seorang agen Kementerian Keamanan Negara China (MSS), sebuah agen yang sebanding dengan Badan Intelijen Pusat AS, digaji di Twitter.

Tidak jelas apakah agen yang diduga dari China itu masih bekerja di perusahaan itu. Twitter sendiri tidak segera menanggapi permintaan komentar atas kesaksian Zatko tersebut.

Dalam kesaksiannya, Zatko juga mengatakan dia mengingat percakapan dengan eksekutif Twitter lain tentang kekhawatiran bahwa agen asing berada di dalam perusahaan. Eksekutif menjawab, "Ya, karena kita sudah memilikinya, apa bedanya jika kita memiliki lebih banyak?"

Tuntutan Elon Musk

Grassley mencatat bahwa Kepala Eksekutif Twitter Parag Agrawal menolak untuk hadir di persidangan karena khawatir hal itu dapat membahayakan litigasi perusahaan terhadap Elon Musk, yang juga CEO Tesla Inc. Twitter dan Musk akan bertarung di pengadilan bulan Oktober depan mengenai apakah kesepakatan pengambilalihan senilai 44 miliar dolar AS harus diselesaikan.

Kemudian pada Selasa lalu, Twitter juga akan mengumumkan hasil pemungutan suara pemegang saham atas pengambilalihan perusahaan oleh Musk. Mayoritas pemegang saham telah menyetujui kesepakatan itu.

Perusahaan yang berbasis di San Francisco ini menggugat Musk karena mengakhiri perjanjian, sementara kepala eksekutif Tesla  itu menggugat balik, dan menuduh Twitter salah mengartikan jumlah akun palsu dan spam di layanannya.

Hakim dari pengadilan Delaware sudah memutuskan pekan lalu bahwa Musk dapat memasukkan klaim dari Zatko dalam kasusnya melawan Twitter, tetapi menolak permintaannya untuk menunda persidangan dan harus tetap digelar pada 17 Oktober.

Komite Kehakiman Senat juga mempertanyakan pernyataan Zatko atas klaimnya bahwa Twitter menyesatkan regulator tentang kepatuhannya pada penyelesaian 2011 dengan Komisi Perdagangan Federal atas penanganan data pengguna yang tidak tepat.

“Sejak itu, Twitter telah membuat sedikit kemajuan berarti pada keamanan dasar, integritas, dan sistem privasi," ungkap Zatko.

Twitter sendiri mengatakan Zatko dipecat karena kepemimpinan yang tidak efektif dan kinerja yang buruk. Mereka juga menyatakan dan bahwa tuduhan Zatko,  tampaknya dirancang untuk merugikan Twitter.

Laporan Zatko berisi lebih dari dua halaman tautan ke dokumen pendukung, seperti email antara Zatko dan CEO Agrawal dan penilaian informasi yang salah dan disinformasi di Twitter. Jumlah dokumen ini sangat terbatas dibandingkan dengan yang disediakan oleh whistleblower Facebook  Frances Haugen, yang merilis ribuan halaman materi internal tentang kekacauan di anak usaha Meta tersebut.