Bagikan:

JAKARTA - Komite Kehakiman Senat AS mengumumkan akan mengadakan sidang pada 13 September dengan menghadapkan mantan kepala keamanan Twitter Inc,  Peiter "Mudge" Zatko. Sidang ini untuk membahas tuduhan dari pengaduan sang whistleblower bahwa perusahaan media sosial itu selama ini telah menyesatkan regulator di AS.

Zatko, yang menuduh Twitter secara salah mengklaim telah memiliki rencana keamanan yang solid. Ia juga menuduh  platform itu membuat pernyataan menyesatkan tentang pertahanannya terhadap peretas dan akun spam. Menurut juru bicara Zatko, ia juga telah membahas keluhannya dengan staf ketua dan anggota peringkat di Komite Kehakiman Senat, Dewan Energi dan Komite Perdagangan, dan staf Komite Intelijen Senat.

Dalam laporan setebal 84 halaman, Zatko, seorang peretas terkenal yang dikenal luas sebagai "Mudge," membuat banyak klaim yang menuduh Twitter memprioritaskan pertumbuhan pengguna daripada mengurangi spam. Sementara para eksekutif hanya mengejar target guna memenuhi syarat untuk memenangkan bonus individu sebanyak 10 juta dolar AS terkait dengan peningkatan harian pengguna. Mereka juga tidak memiliki rencana secara eksplisit untuk memotong spam.

Sebaliknya pihak Twitter telah melabeli keluhan itu sebagai "narasi palsu."

"Komite Kehakiman Senat akan menyelidiki masalah ini lebih lanjut dengan komite penuh yang mendengarkan masa kerja ini, dan mengambil langkah lebih lanjut yang diperlukan untuk menyelesaikan tuduhan yang mengkhawatirkan ini," kata ketua komite Senator Richard Durbin dan anggota tinggi Senator Republik, Chuck Grassley, seperti dikutip Reuters.

Staf dengan Senator Richard Blumenthal, seorang anggota Partai Demokrat di Komite Perdagangan Senat dan Komite Kehakiman juga bertemu Zatko pekan ini.

Blumenthal memiliki minat besar pada Big Tech . Ia telah menulis dalam sebuah surat kepada Ketua Komisi Perdagangan Federal, Lina Khan.  

“Menurut pengungkapan dan bukti yang diberikan oleh Peiter 'Mudge' Zatko, pakar keamanan siber yang sangat dihormati yang menjabat sebagai Pemimpin Keamanan Twitter dari tahun 2020 hingga 2022, eksekutif Twitter diduga gagal mengatasi kerentanan keamanan yang signifikan, mengabaikan kesalahan penanganan data pribadi, dan mengabaikan risiko privasi yang diketahui pengguna selama lebih dari satu dekade,” demikian bunyi suratnya.

Blumenthal kini menyerukan penyelidikan FTC dalam surat itu.