JAKARTA - Elon Musk, yang berusaha meninggalkan kesepakatannya untuk mengakuisisi Twitter Inc, sedang mencari dokumen dari perusahaan teknologi periklanan sebagai bagian dari usahanya untuk mendapatkan lebih banyak informasi tentang akun bot dan spam di Twitter, pada Kamis, 18 Agustus.
Twitter telah menggugat kepala eksekutif Tesla itu, yang menuduh Twitter menyembunyikan informasi tentang cara menghitung persentase bot pada layanan tersebut, karena mencoba meninggalkan perjanjian senilai 44 miliar dolar AS (Rp659 triliun). Sidang mereka dijadwalkan pada 17 Oktober.
Pengacara Musk telah memanggil Integral Ad Science (IAS) dan DoubleVerify untuk mendapatkan dokumen atau komunikasi apa pun tentang keterlibatan mereka dalam meninjau akun atau partisipasi dalam audit apa pun terhadap basis pengguna Twitter.
IAS dan DoubleVerify, yang keduanya berbasis di New York, menggunakan teknologi untuk memverifikasi secara independen bahwa iklan digital dilihat oleh orang sungguhan atau bot. Pengiklan menggunakan layanan untuk memastikan iklan yang mereka bayar dilihat oleh calon pelanggan dan bukan bot otomatis.
Sementara Twitter, IAS, dan DoubleVerify tidak segera menanggapi permintaan komentar.
BACA JUGA:
Menanggapi tweet oleh pengguna yang mempertanyakan bagaimana Twitter mengaudit layanannya dan juga menautkan ke berita Reuters tentang Musk yang menargetkan perusahaan iklan, Musk mentweet: "Itu adalah pertanyaan yang Twitter lakukan segala kemungkinan untuk menghindari jawaban ..."
Dalam gugatan balasan awal bulan ini, Musk mengklaim bahwa pengguna aktif harian Twitter yang dapat dimonetisasi hanya 65 juta. Jumlah lebih rendah dari yang disebut-sebut perusahaan. Twitter mengatakan pihaknya mendukung pengungkapannya.
Metrik ini mengukur pengguna yang masuk ke Twitter melalui situs web atau aplikasi yang dapat menayangkan iklan atau menggunakan produk berbayar seperti langganan, menurut pengajuan Twitter.