Bagikan:

JAKARTA – Pengembang ApeCoin (APE) telah mengumumkan mekanisme staking pada musim gugur. Namun, peningkatan tersebut tidak mendapat sambutan positif dari komunitas.

Komunitas APE kabarnya kecewa karena pengembangan terlambat meluncurkan sistem staking ApeCoin. Mereka juga mengkritik APE Foundation karena dinilai kurang transparan mengenai pembaruan tersebut.

Sementara Organisasi Otonom Terdesentralisasi (DAO) ApeCoin telah bermitra dengan Horizen Labs guna mengembangkan sistem staking ini. Sebelumnya, Horizen sudah pernah bekerjasama dengan Yuga Labs untuk peluncuran ApeCoin (APE) pada 2021.

Dalam pengumuman resmi APE Foundation pada 23 Juli kemarin, pembaruan tentang kemajuan mengenai sistem staking ApeCoin (APE), yang disahkan di bawah proposal AIP-21 dan AIP-22 pada bulan Mei. Setelah evaluasi menyeluruh dari beberapa tanggapan, APE Foundation telah memilih Horizen Labs untuk membangun sistem staking APE.

Lebih lanjut, APE Foundation menyatakan bahwa implementasi sistem staking ini bakal memakan waktu hingga 12 atau 16 pekan. Sementara tim pengembang mengharapkan peluncuran sistem staking APE pada musim gugur mendatang, sekitar Oktober atau November.

“(Sistem) Staking penting bagi komunitas kami dan sesuatu yang perlu kami perbaiki. Kami mengantisipasi bahwa sistem staking yang kuat akan diluncurkan pada Musim Gugur ini,” tulis pihak pengembang, dikutip dari Coingape.

Komunitas APE menilai implementasi sistem staking yang memakan waktu hingga 16 minggu itu terlalu lama. Mereka juga menilai proses tersebut terlalu lambat. Di sisi lain, komunitas ApeCoin kecewa karena tidak lengkapnya informasi yang tersedia terkait waktu peluncuran, biaya staking, dan sebagainya.

Komunitas mendesak pengembang ApeCoin untuk lebih transparan terkait informasi mengenai sistem staking yang akan dirilis dalam beberapa bulan mendatang.

Saat penulisan, ApeCoin (APE) diperdagangkan di harga Rp94.942. Harga APE turun 5,2% dalam 24 jam terakhir, menurut data dari Coingecko.