JAKARTA - Mahindra & Mahindra India tengah mempertimbangkan untuk berinvestasi di perusahaan sel baterai untuk memenuhi kebutuhan elektrifikasi di masa depan. Hal ini diutarakan oleh direksi mereka setelah perusahaan mengumpulkan dana untuk unit kendaraan listrik (EV) barunya dengan nilai 9,1 miliar dolar AS (Rp 136,2 triliun).
Mahindra pada Kamis, 7 Juli mengumpulkan 250 juta dolar AS dari British International Investment untuk unit dan sedang menjajaki kemitraan dengan Volkswagen AG untuk sumber komponen EV seperti baterai dan motor.
“Kesepakatan Volkswagen akan memenuhi kebutuhan baterai "jangka pendek hingga menengah" Mahindra,” kata CEO Mahindra Anish Shah yang mengatakan perusahaan terbuka untuk melihat semacam "investasi dengan pemimpin global" di ruang sel baterai jika diperlukan untuk mengamankan persediaan masa depan.
"Niat kami bukan untuk masuk ke (manufaktur) baterai," kata Shah seperti dikutip Reuters. "Ada orang yang melakukannya dengan sangat baik. Kita bisa bermitra dengan mereka; kita bisa menjadi co-investor dalam beberapa bentuk. Kita tidak perlu memilikinya dan menjalankannya."
Mahindra berencana meluncurkan lima kendaraan sport listrik (SUV) selama beberapa tahun ke depan. Model-model ini diharapkan berkontribusi hingga 30%, atau sekitar 200.000 unit, dari total penjualan SUV tahunan pada Maret 2027.
Meningkatnya permintaan untuk EV dan gangguan rantai pasokan di seluruh dunia mendorong pembuat mobil untuk mencari cara agar memiliki kontrol yang lebih besar atas persediaan dan biaya. Beberapa pembuat mobil menghabiskan miliaran dolar untuk tambang dan pabrik untuk motor dan baterai. Ini jelas suatu penyimpangan dari tahun-tahun yang hanya mengandalkan pemasok.
BACA JUGA:
Pembuat mobil juga mewaspadai situasi seperti kekurangan semikonduktor akibat pandemi yang menyebabkan penghentian produksi. Banyak perusahaan masih menghadapi backlog pesanan karena masalah pasokan.
Shah mengatakan bahwa, kecuali baterai dan motor, sebagian besar komponen untuk EV tidak jauh berbeda dengan mobil bermesin pembakaran dan Mahindra memproduksi sebagian besar suku cadang itu sendiri.
"Jika kami bisa mendapatkan kesepakatan seperti yang kami miliki dengan Volkswagen untuk mengamankan pasokan (baterai), itulah yang akan kami lakukan. Jika ada investasi yang perlu kami lakukan untuk mengamankan pasokan itu, kami akan melakukannya," katanya.
Rencana Mahindra datang ketika perusahaan India berusaha memanfaatkan insentif senilai miliaran dolar yang ditawarkan oleh pemerintah untuk membangun EV. Ini bagian dari kebijakan untuk memenuhi target perubahan iklim nasional dan pengurangan karbon.
Pasar EV India, yang didominasi oleh produsen mobil lokal Tata Motors, hanya mewakili 1% dari penjualan tahunan negara itu, yakni sekitar 3 juta kendaraan. Pemerintah ingin ini tumbuh menjadi 30% pada tahun 2030.