JAKARTA - Kesepakatan Uni Eropa untuk menghapus mobil bermesin pembakaran hanya dalam waktu 12 tahun kedepan adalah tantangan. Akan tetapi hambatan yang lebih menakutkan adalah membuat baterai yang cukup untuk memberi daya pada mobil listrik yang dibutuhkan. Hal ini menjadi perhatian eksekutif senior Volkswagen pada Rabu, 29 Juni.
Komentar itu dibuat setelah negara-negara Uni Eropa mencapai kesepakatan pada undang-undang yang diusulkan untuk memerangi perubahan iklim pada Rabu pagi. Kesepakatan itu termasuk yang mengharuskan mobil baru yang dijual di blok itu tidak boleh mengeluarkan CO2 mulai tahun 2035.
Kesepakatan itu akan membuat penjualan mobil dengan mesin pembakaran internal terhenti di Uni Eropa .
Komisi Eropa pertama kali mengusulkan paket tersebut musim panas lalu, yang bertujuan untuk memangkas emisi pemanasan planet dekade ini. Namun kesepakatan itu memungkinkan proposal tersebut akan menjadi undang-undang di Uni Eropa.
"Ini adalah tujuan yang menantang. Kami pikir itu bisa dilakukan," kata Chief Financial Officer VW, Arno Antlitz kepada Reuters dalam sebuah wawancara di konferensi Reuters Automotive Europe pada Rabu lalu.
"Topik yang paling menantang bukanlah meningkatkan pabrik mobil. Topik yang paling menantang adalah meningkatkan rantai pasokan baterai," ujarnya.
VW telah mengatakan akan berhenti menjual mobil bermesin pembakaran di wilayah tersebut pada tanggal seperti yang ditargetkan. Namun beberapa pembuat mobil yang teknologi tertinggal jauh dalam perlombaan untuk mengembangkan kendaraan listrik (EV), seperti Toyota, mungkin kesulitan untuk memenuhinya. Produsen mobil Jepang menolak berkomentar tentang kesepakatan itu.
Saat ini pabrik mobil besar telah berlomba untuk mengamankan pasokan sel baterai, namun menemukan bahan baku baterai yang cukup mungkin menjadi masalah yang lebih besar.
Kegagalan untuk mendapatkan pasokan lithium, nikel, mangan, atau kobalt yang memadai dapat memperlambat peralihan ke EV. Hal ini bisa membuat kendaraan EV akan lebih mahal dan mengancam margin keuntungan pembuat mobil.
Chief Executive Officer Stellantis, Carlos Tavares, mengatakan bulan lalu dia memperkirakan kekurangan baterai EV akan melanda industri otomotif pada 2024-2025 karena produsen mencoba untuk meningkatkan penjualan EV sambil tetap membangun pabrik baterai baru.
Pada Rabu lalu, Tavares mengatakan keputusan UE tersebut bukan kejutan bagi mereka. “Jadi bagi kami itu bukan kabar baik, juga bukan kabar buruk, itu persis asumsi yang kami miliki dalam rencana kami," kata Tavares. Rencana itu menyerukan agar Stellantis hanya menjual EV di Eropa pada 2030.
Tavares berada di Tremery, Prancis untuk mengumumkan rencana percepatan produksi motor listrik di pabrik yang telah bertahun-tahun menjadi operasi produksi mesin diesel terbesar di dunia.
BACA JUGA:
Kesepakatan di Luksemburg dicapai setelah lebih dari 16 jam negosiasi, dengan Italia, Slovakia, dan negara-negara lain menginginkan penghentian itu ditunda hingga 2040.
Negara-negara anggota UE akhirnya mendukung kompromi yang mempertahankan target 2035 dan meminta Brussel untuk menilai pada 2026 apakah kendaraan hibrida dapat memenuhi tujuan tersebut.
Proposal 2035 dirancang agar, secara teori, semua jenis teknologi mobil seperti hibrida atau mobil yang menggunakan bahan bakar berkelanjutan dapat mematuhinya, selama itu mobil tersebut tidak memiliki emisi karbon dioksida.
Tinjauan Komisi 2026 akan menilai kemajuan teknologi apa yang telah dibuat dalam mobil hibrida untuk melihat apakah mereka dapat memenuhi tujuan 2035.