JAKARTA - Raksasa manufaktur smartphonea Foxconn baru saja mengonfirmasi bahwa serangan ransomware pada akhir Mei lalu mengganggu operasi di salah satu pabrik produksinya yng berbasis di Meksiko.
“Sudah dikonfirmasi bahwa salah satu pabrik kami di Meksiko mengalami serangan siber ransomware pada akhir Mei. Tim keamanan siber perusahaan telah melaksanakan rencana pemulihan yang sesuai," ungkap juru bicara Foxconn, Jimmy Huang.
Pabrik yang berlokasi di Tijuana, Meksiko yakni sebagai pusat pasokan penting bagi Amerika Serikat (AS), diperas oleh geng ransomware.
Operator di balik ransomware Lockbit 2.0 telah mengaku bertanggung jawab dalam aksi pada akhir Mei lalu. Sebuah unggahan dari grup Lockbit menunjukkan mereka telah memberi Foxconn sekitar dua minggu untuk memenuhi tuntutannya.
Jika perusahaan tidak memenuhinya, mereka akan membocorkan semua data yang dicuri dari server Foxconn, kecuali uang tebusan dibayarkan sebelum 11 Juni. Tuntutan para pemeras belum diungkapkan.
Sebagai mitra manufaktur untuk beberapa nama besar di bidang teknologi, Foxconn mungkin menyimpan data pihak ketiga yang berharga dan sensitif di sistemnya. Ini bisa menjadi kekhawatiran yang lebih besar bagi Foxconn daripada informasi dan catatan data miliknya sendiri.
Foxconn memiliki tiga pabrik di Meksiko, yang bertanggung jawab atas produksi barang elektronik seperti TV LCD, set top box, dan smartphone.
Namun Foxconn menyatakan, sejak serangan ransomware pada akhir Mei itu, tim keamanan siber telah menjalankan rencana pemulihan dan operasi secara bertahap kembali normal. Secara keseluruhan, serangan itu memiliki sedikit dampak pada keseluruhan operasi grup.
Semua klien, pemasok, dan anggota tim manajemen yang sistemnya terkena dampak terus diperbarui. Tidak diketahui apakah organisasi Lockbit akan menikmati keuntungan haram dari serangan ini, pembayaran uang tebusan, atau apakah Foxconn telah berhasil mengurangi efeknya secara mandiri.
BACA JUGA:
Melansir TechCrunch, Jumat, 3 Juni, di samping itu, Foxconn mengakui sementara operasi di pabrik terganggu akibat serangan ransomware, tetapi kini pabrik secara bertahap kembali normal.
“Gangguan yang terjadi pada operasional bisnis akan ditangani melalui penyesuaian kapasitas produksi. Serangan keamanan siber diperkirakan berdampak kecil pada keseluruhan operasi Grup. Informasi yang relevan tentang insiden tersebut juga diberikan langsung kepada manajemen, klien, dan pemasok kami," ujar Huang.
Sebagai informasi, ini bukan serangan pertama ransomware besar untuk Foxconn. Kembali pada 2020, produsen itu terkena dampak ketika sistem komputer pabrik Ciudad Juárez menjadi korban ransomware DoppelPaymer. Permintaan tebusan sebesar 34 juta dolar AS setara Rp490 miliar dalam bentuk Bitcoin.