JAKARTA – Menjamurnya adopsi Bitcoin di sejumlah negara dan perusahaan dinilai tidak menjamin BTC bisa menjadi alat pembayaran global. Menurut CEO FTX, Sam Bankman-Fried, Bitcoin masih menggunakan algoritma Proof-of-Work (PoW) yang memungkinkan penambangan.
Ini disebut tidak efisien dan berdampak pada lingkungan. Kendati begitu, dia menilai bahwa Bitcoin tidak akan hilang karena bisa menjadi penyimpan nilai sebagaimana emas.
Selanjutnya, bos FTX itu mengkritik kemampuan Bitcoin karena tidak bisa memproses transaksi besar dengan biaya murah. Menurutnya, baik Bitcoin maupun mata uang kripto lainnya yang menggunakan model penambangan PoW tidak berpeluang menjadi sistem pembayaran di masa mendatang.
“Jaringan Bitcoin bukanlah jaringan pembayaran, dan ini bukan jaringan penskalaan...” ujarnya.
BACA JUGA:
Kemudian Sam Bankman-Fried menilai yang cocok menjadi jaringan pembayaran adalah kripto yang menggunakan algoritma Proof-of-Stake (PoS). Pasalnya cryptcourrency yang menggunakan jaringan PoS memiliki kemampuan transaksi yang lebih cepat dan berbiaya murah. Ini merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai alat pembayaran secara luas.
“Hal-hal yang Anda lakukan dengan jutaan transaksi per detik harus sangat efisien dan ringan serta biaya energi yang lebih rendah,” ujar Sam Bankman-Fried.
Bitcoin memiliki peran yang berbeda, yakni tidak menjadi jaringan pembayaran tapi sebagai penyimpan nilai. BTC disebut lebih mirip emas sebagai store of value. Di sisi lain, salah satu mata uang kripto yang akan melakukan transisi dari PoW ke PoS adalah Ethereum. Peralihan tersebut ditujukan untuk membuat Ether lebih ramah lingkungan dan memangkas biaya jaringan yang tinggi.
Membahas kripto yang menggunakan algoritma PoS, CEO FTX sendiri kerap memuji kemampuan Solana (SOL) yang dinilai bisa menjadi dominan di masa depan. Kemampuan SOL disebut berpotensi melampaui BTC dan ETH karena mampu melakukan jutaan transaksi per detik.