Bagikan:

JAKARTA - Badan Energi Internasional (IEA) memprediksi negara-negara dunia akan beralih menggunakan energi surya untuk menyumplai pasokan listrik di negaranya. Hal itu diungkap IEA setelah melihat pertumbuhan penggunaan energi surya yang makin masif pada tahun ini.

Melansir CNA, Selasa, 13 Oktober, IEA mencatat makin sadarnya orang-orang dengan energi terbarukan membuat peralihan bahan baku listrik dari batu bara menuju tenaga surya menjadi memungkinkan. Oleh sebab itu, IEA berani memprediksi kemunculan energi surya akan mencapai 30 persen pada 2030 di seluruh dunia. Jumlah itu telah jauh meningkat dibanding 2019 yang hanya mencapai delapan persen saja.

"Saya melihat energi surya menjadi raja baru pada pasar listrik dunia. Berdasarkan pengaturan kebijakan hari ini, tenaga surya berada di jalur yang tepat untuk mencetak rekor baru untuk penerapan setiap tahun setelah 2022," kata direktur eksekutif IEA, Fatih Birol.

Fatih juga menambahkan bahwa daya tarik tenaga surya dapat membuat siapa saja tertarik untuk mengaplikasikan hal itu di rumahnya. Sebab, dengan adanya beralih ke tenaga surya, biaya yang dikeluarkan cenderung lebih murah daripada membayar pasokan listrik dari tenaga batu bara atau gas bumi lainnya di sebagaian negara.

Alhasil, energi surya menjadi satu-satunya energi utama yang terus tumbuh pada tahun 2020. Apalagi, kepedulian masyarakat dunia terhadap lingkungan hidup yang semakin hari semakin meningkat. Buktinya dapat dilihat dari keinginan ambisius masyarakat dunia yang berharap emisi nol persen akan terjadi pada 2050.

IEA berpendapat hal tersebut bisa saja terjadi, asalkan banyak orang yang berbondong-bondong berinvestasi pada energi surya secara jangka panjang. Mulai dari mengatur sistemnya, sampai mengatur jaringan distribusi. Ada pun negara yang terkendala memanfaatkan energi surya di masa depan tak lain ialah negara berkembang. Kata IEA, hal itu karena negara berkembang tak punya modal yang memadai.