JAKARTA - Lembaga riset IDC mengumumkan ponsel kelas low-end, atau ponsel murah, paling banyak dicari di Indonesia pada kuartal kedua 2020. Kebutuhan ponsel murah ini banyak dicari sebagai sarana belajar dari rumah.
Dalam laporan kuartal II IDC mencatat pengiriman ponsel di Indonesia pasca-kuartal tersebut merupakan rekor terendah sejak 2016. Secara total, pengiriman ponsel di Indonesia mencapai 7,1 juta unit, dan sempat turun 26 persen secara year-on-year atau 3 persen secara quarter-on-quarter.
BACA JUGA:
Penurunan tersebut diakibatkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang ketat pada separuh kuartal kedua. Kondisi tersebut kemudian membaik setelah karantina melonggar mulai Juni.
IDC mencatat terdapat permintaan tinggi untuk ponsel harga 100 hingga 200 dolar, atau sekitar Rp1,5 juta hingga Rp3 juta, untuk digunakan sekolah dari rumah. Permintaan ponsel kelas low-end melebihi 75 persen, meningkat 48 persen dibandingkan tahun lalu.
IDC mencatat lima besar merk terpopuler di Indonesia berdasarkan pengiriman adalah, secara berurutan vivo, OPPO, Samsung, Xiaomi dan realme. Catatan IDC Indonesia, vivo (26,8 persen) memegang pangsa pasar terbesar pada segmen low-end, melalui penjualan di unorganized ritel yang tetap buka ketika kebijakan PSBB.
Sementara OPPO (21,2 persen), merk tersebut kuat pada segmen menengah, kisaran harga 200-400 dolar (Rp3 juta hingga Rp5,8 juta). Merk Samsung (18,7 persen) kuat dengan seri M, sementara Xiaomi (16,9 persen) unggul di kelas ultra low-end atau di bawah 100 dolar, kurang dari Rp1,5 juta.
IDC mencatat pengiriman realme (14,2 persen) menurun pasokan terbatas selama dua kuartal berturut-turut. IDC memperkirakan pemulihan pasar ponsel pintar di Indonesia akan lambat karena pemerintah kembali memperketat PSBB.