Bagikan:

JAKARTA - Perusahaan keamanan siber Kaspersky mengungkapkan jika serangan siber yang menargetkan Asia Tenggara meningkat selama pandemi COVID-19. Kerentanan situs internet menjadi lahan pelaku kejahatan siber untuk mengeksploitasi data. 

Director for Global Research and Analysis (GReAT) Team Asia Pacific Kaspersky, Vitaly Kamluk, mengungkapkan bahwa pelaku kejahatan siber menjadikan "pemerasan" lewat ransomware. Dia pun mengonfirmasi bahwa ada banyak grup ransomware yang beraktivitas di kawasan Asia tenggara dan telah menargetkan beberapa sektor industri.

“Tahun 2020 tidak seperti tahun lainnya. Tahun ini bukan hanya waktu perubahan, tetapi juga mengubah waktu itu sendiri. Tahun ini telah mengubah cara kita bepergian, cara kita berbelanja, cara kita berinteraksi satu sama lain," kata Vitaly Kamluk dalam diskusi virtual, Rabu 7 Oktober.

Kamluk juga mengatakan kalau model ancaman komputer telah berkembang jauh sejak pandemi COVID-19 dimulai. Selain itu, Kamluk menjelaskan bagaimana pelaku kejahatan siber melakukan serangan ransomware sebagai senjata mereka untuk meminta korban membayar uang tebusan.

Salah kelompok ransomware terbesar yang melakukan aksinya di kawasan Asia Tenggara adalah Maze. Kelompok ini kerap membocorkan data korbannya yang menolak membayar uang tebusan. 

"Kami memantau peningkatan deteksi Maze secara global, bahkan terhadap beberapa perusahaan di Asia Tenggara, yang berarti tren ini sedang mendapatkan momentumnya," ujar Kamluk.

Lebih lanjut, Kamluk juga mengonfirmasi keberadaan grup ransomware lainnya yang menargetkan kawasan Asia Tenggara. Beberapa di antaranya menargetkan serangan ransomware ke perusahaan kenegaraan, aerospace and engineering, manufacturing dan trading steel sheet, perusahaan minuman, palm products, hotel dan layanan akomodasi, serta layanan IT.

Kamluk sangat menyarankan perusahaan dan organisasi untuk tidak membayar uang tebusan apapun yang terjadi ketika mengalami serangan ransomware. Ia meminta para korban untuk segera berkoordinasi dengan lembaga penegak hukum untuk meminimalisir aksi pemerasan.

Kamluk juga mengingatkan pengguna internet untuk selalu mencadangkan data yang dimiliki, termasuk selalu menyiapkan keamanan siber yang memadai. "Ingatlah bahwa lebih baik juga untuk mencadangkan data yang Anda miliki, menempatkan pertahanan keamanan siber secara semestinya adalah cara untuk menghindari menjadi korban dari pelaku kejahatan siber ini," pungkasnya.