38 Persen Masyarakat di Asia Tenggara Abaikan Keamanan Siber
Ilustrasi (Foto: Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Enam dari 10 pengguna internet di Asia Tenggara menyadari waktu online mereka meningkat di masa pandemi COVID-19. Namun, 38 persen orang tidak menghiraukan keamanan selama menggunakan internet.

Hal ini berdasarkan survei dari Kaspersky berjudul “More connected than ever before: how we build our digital comfort zones”. Survei ini dilakukan kepada 760 orang dewasa di Asia Tenggara pada Mei 2020.

"Studi baru kami ini menunjukkan bahwa sebagian besar pengguna di kawasan ini sekarang menghabiskan antara lima hingga 10 jam untuk online per hari, yang tentunya bukan hal yang mengejutkan. Asia Tenggara selalu menjadi rumah bagi negara-negara dengan pengguna World Wide Web yang masih muda dan sangat aktif," ungkap General Manager Asia Tenggara Kaspersky, Yeo Siang dalam keterangan resmi yang diterima VOI, Sabtu 12 September.

Menurut laporan, lima aktivitas paling umum responden di Asia Tenggara yang bergeser dari dunia fisik ke dunia online adalah berbelanja 64% persen, streaming konten dan game online 58 persen, bersosialisasi dengan keluarga dan teman 56 persen, transaksi keuangan 47 persen, dan mengikuti tutorial online 39 persen.

Meski merasa nyaman melakukan seluruh aktivitas tersebut di masa pembatasan sosial, namun hal ini juga memicu kekhawatiran dari para pengguna internet di wilayah Asia Tenggara. Dimana 81 persen responden lebih mengkhawatirkan kencan online daripada pertemuan fisik, membuktikan bahwa para lajang di kawasan Asia Tenggara masih lebih memilih untuk bertemu secara langsung dengan calon pasangan.

Sebanyak 69 persen lainnya khawatir melakukan transaksi keuangan secara online dan 62 persen merasa tidak nyaman dalam hal mengadakan rapat kerja virtual. 

"Jaringan online juga menjadi perhatian enam dari 10 responden begitu pula bersosialisasi dengan teman dan keluarga 54 persen," kata dia.

Kemudian, 42 persen responden mengaku takut jika seseorang mengakses detail keuangannya melalui perangkat. 37 persen khawatir tentang dokumen pribadi mereka dapat diakses oleh pihak ketiga, sementara 35 persen lainnya khawatir tentang seseorang dapat mengambil kendali perangkat mereka melalui koneksi internet yang tidak aman.

Spyware, perangkat lunak yang diinstal tanpa persetujuan Anda, baik itu komputer tradisional, aplikasi di peramban web, atau aplikasi seluler yang berada di perangkat, memicu kekhawatiran bagi tiga dari 10 pengguna online dari Asia Tenggara sementara 30 persen lainnya mencari tahu organisasi, situs web, atau seseorang yang dapat melacak lokasi keberadaan mereka.

“Kekhawatiran yang kami ungkapkan dalam penelitian telah membuktikan bahwa ada kesadaran yang berkembang terhadap kekejaman serangan dunia maya. Namun, studi yang sama juga menunjukkan bahwa masih ada 37 persen pengguna internet di wilayah ini merasa mereka tidak berisiko karena menganggap masih ada (profil) orang lain yang lebih menarik bagi para para pelaku kejahatan siber. Pemikiran seperti ini tidak bisa dibiarkan dan harus dihentikan. Ini adalah waktu yang tepat untuk mengevaluasi dengan baik pertahanan kehidupan digital yang telah kita bangun dan menempatkan keamanannya di antara berbagai prioritas utama yang kita miliki,” tambah Yeo.

Tips Agar Pengguna Internet Aman

Melihat kekhawatiran tersebut, Yeo menyarankan pengguna internet untuk meningkatkan pola pikir atas keamanan siber, di mana setiap orang yang memiliki data dan uang bisa saja menjadi target pelaku kejahatan siber.

Selain itu, pengguna juga diharuskan memakai kata sandi yang kuat di seluruh akun, perangkat, dan router. Untuk melindungi profil media sosial mereka lebih privasi, sebaiknya gunakan Privacy Checker. Terakhir, pengguna disarankan menginstal solusi keamanan untuk menjaga perangkat dari malware dan virus.