JAKARTA - NASA dikabarkan bermitra dengan raksasa otomotit Jepang, Nissan dalam pendekatan komputasi untuk mengembangkan baterai solid-state yang tidak bergantung pada logam langka atau mahal. Diklaim, hasilnya akan mengubah industri mobil listrik.
Dengan kerja sama ini, NASA berharap dapat menciptakan baterai yang memiliki energi jauh lebih tinggi daripada baterai lithium-ion, yang saat ini ditemukan di sebagian besar barang elektronik, mulai dari ponsel dan laptop, hingga skuter listrik dan mobil listrik.
Diketahui, baterai solid-state merupakan alternatif yang menjanjikan untuk lithium-ion karena kepadatan energinya yang unggul, biaya lebih rendah, dan waktu pengisian yang berpotensi jauh lebih pendek.
"Baik NASA dan Nissan membutuhkan jenis baterai yang sama," ujar Wakil Presiden Nissan Kazuhiro Doi.
Nissan membayangkan menggunakannya dalam segala hal mulai dari sedan keluarga hingga pikap, dan tidak sendirian dalam mencoba membuka potensi mereka.
Baterai all-solid-state membutuhkan setengah ruang baterai lithium-ion dan akan dapat diisi ulang sepenuhnya hanya dalam 15 menit daripada beberapa jam. Penting juga untuk tidak kehilangan kapasitas dari waktu ke waktu atau mengalami masalah keamanan, seperti terbakar.
“Alih-alih melepas baterai dari rak, kami memutuskan bahwa kami perlu mengembangkan baterai dari awal,” ungkap peneliti NASA Rocco Viggiano seperti dikutip dari The Independent, Selasa, 12 April.
“Baterai sulfur-selenium solid-state sejuk saat disentuh dan tidak terbakar. Ini memiliki profil yang lebih ramping daripada baterai lithium-ion dan memiliki penyimpanan energi yang lebih baik. Itu bisa membutuhkan pemukulan dan masih beroperasi, seringkali dalam kondisi yang kurang ideal," imbuhnya.
BACA JUGA:
Fasilitas produksi prototipe Nissan untuk baterai solid-state akan ditempatkan di pusat penelitiannya di Kanagawa, tepat di selatan Tokyo. Peluncuran percontohan baterai baru direncanakan untuk 2024, sebelum produksi penuh dimulai pada 2028.
Kemitraan Nissan dan NASA, juga melibatkan para peneliti dari University of California, San Diego, AS. NASA sebelumnya telah bekerja dengan pembuat mobil untuk mengembangkan kendaraannya sendiri, termasuk Moon Buggy berbasis tenaga listrik yang dikendarai astronot di Bulan selama misi Apollo.
GM juga bekerja sama dengan Lockheed Martin untuk mengembangkan penjelajah Bulan berawak untuk program Artemis mendatang, yang akan melihat manusia kembali ke Bulan untuk pertama kalinya dalam lebih dari 50 tahun.