JAKARTA - Twitter Inc mengatakan pada Selasa, 5 Maret, bahwa mereka akan mulai menguji fitur edit baru dalam beberapa bulan mendatang. Pengumuman ini tentu mengejutkan bagi penggunanya karena terjadi pada hari yang sama ketika bos Tesla, Elon Musk, akan bergabung dengan dewan perusahaan media sosial.
Jay Sullivan, kepala produk konsumen Twitter, mengatakan dalam sebuah tweet bahwa perusahaan telah bekerja sejak tahun lalu untuk membangun opsi edit, "fitur Twitter yang paling banyak diminta selama bertahun-tahun".
1/ We’ve been exploring how to build an Edit feature in a safe manner since last year and plan to begin testing it within @TwitterBlue Labs in the coming months. Sharing a few more insights on how we’re thinking about Edit 🧵 https://t.co/WbcfkUue8e
— Jay Sullivan (@jaysullivan) April 5, 2022
Berita itu, pertama kali diejek oleh Twitter pada Hari April Mop minggu lalu, muncul ketika perusahaan menghadapi perubahan arah yang lebih luas saat Musk menjadi pemegang saham terbesarnya dan bergabung dengan dewan setelah mempertanyakan komitmen platform media sosial untuk kebebasan berbicara.
Musk mulai melakukan polling kepada pengguna Twitter tentang tombol edit setelah mengungkapkan 9,2% sahamnya di perusahaan pada hari Senin. Mulai pukul 18:30 EST, jajak pendapat memiliki lebih dari 4,2 juta suara, dengan 73,5% mendukung fitur tersebut.
BACA JUGA:
Chief Executive Officer Twitter Parag Agrawal meminta pengguna untuk "memilih dengan hati-hati" polling tersebut, pada Senin lalu, meskipun perusahaan pada Selasa lalu mentweet bahwa mereka tidak mendapatkan ide untuk membuat tombol edit dari jajak pendapat itu.
Sullivan mentweet fitur tersebut akan membutuhkan waktu untuk menyempurnakannya karena "tanpa hal-hal seperti batas waktu, kontrol, dan transparansi tentang apa yang telah diedit, Edit dapat disalahgunakan untuk mengubah rekaman percakapan publik".
“Perusahaan akan secara aktif mencari masukan dan pemikiran permusuhan sebelum meluncurkan Edit," ungkap Sullivan seperti dikutip Reuters.
Twitter akan mulai menguji fitur itu dalam layanan berlangganan premium Twitter, Blue Labs, dalam beberapa bulan mendatang untuk "mempelajari apa yang berhasil, apa yang tidak, dan apa yang mungkin," katanya.